Produksi gula nasional mencatatkan peningkatan signifikan hingga akhir giling tebu 2024, mencapai 2,46 juta ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 190 ribu ton atau sekitar 10 persen dibandingkan tahun 2023 yang tercatat sebanyak 2,27 juta ton. Meningkatnya produksi ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi swasembada gula di Indonesia.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Group memainkan peran penting dalam pencapaian ini dengan kontribusi yang signifikan. Produksi gula mereka mengalami peningkatan sebesar 13 persen, dari 752 ribu ton pada 2023 menjadi 851 ribu ton di tahun ini. Kenaikan sebesar 100 ribu ton tersebut berkontribusi hingga 50 persen terhadap total peningkatan produksi gula nasional.
Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa keberhasilan ini bukanlah hasil kebetulan. “Capaian positif ini merupakan hasil kerja keras dan langkah-langkah strategis yang telah dijalankan perusahaan,” tuturnya. PTPN Group mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk meningkatkan produksi, antara lain melalui revitalisasi pabrik gula, perbaikan budidaya, efisiensi produksi, penyediaan sarana dan prasarana, serta bantuan modal.
Salah satu kunci peningkatan produktivitas adalah penerapan digitalisasi dalam proses produksi. Digitalisasi memungkinkan pemantauan real-time pada berbagai tahapan produksi, meningkatkan efisiensi dan meminimalkan kerugian. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, petani dan produsen dapat lebih mudah mengakses informasi penting mengenai cuaca, harga pasar, dan teknik budidaya terbaru. Selain itu, platform digital juga memfasilitasi pertukaran data antara petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam rantai pasok gula.
Selain digitalisasi, inovasi dalam teknik budidaya juga menjadi faktor penting. Penelitian dan pengembangan varietas tebu yang lebih unggul dan tahan terhadap hama serta penyakit memungkinkan petani untuk meningkatkan hasil panen. Kerjasama dengan lembaga penelitian dan perguruan tinggi juga menjadi langkah strategis dalam pengembangan teknologi pertanian yang lebih baik.
Dalam upaya mengefisiensikan produksi, PTPN Group juga menerapkan konsep “operational excellence”. Melalui restrukturisasi dan ekspansi lahan, perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai skala ekonomi yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor gula.
Adanya dukungan pemerintah dalam merevitalisasi industri gula sangat diharapkan untuk mendorong pencapaian swasembada gula di Indonesia. “Kami optimistis dapat mengembalikan kejayaan industri gula Indonesia dan mencapai swasembada gula konsumsi tahun 2027,” tegas Abdul Ghani. Keberhasilan mencapai target ini akan berkontribusi lebih besar terhadap ketahanan pangan nasional serta stabilitas harga gula di pasaran.
Dari sisi fasilitas produksi, peningkatan sarana dan prasarana juga turut menjadi faktor pendorong. Dengan diperbaikinya pabrik-pabrik gula dan peningkatan teknologi, PTPN Group mampu memanfaatkan bahan baku lebih efisien dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Hal ini, pada gilirannya, memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Pencapaian ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen gula terbesar di dunia, sebuah status yang pernah dinikmati pada tahun 1930. Namun, untuk mencapai hal ini, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan pelaku usaha sangat diperlukan. Upaya bersama dalam hal inovasi dan digitalisasi harus tetap didorong untuk mencapai hubungan kerja yang harmonis dan berkelanjutan dalam industri gula.
Secara keseluruhan, digitalisasi dan inovasi dalam industri gula menjadi landasan penting bagi peningkatan produksi dan efisiensi. Dengan strategi yang tepat, industri gula Indonesia memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, sekaligus mencapai target swasembada yang telah dicanangkan.
