Sebagai seorang publik figur yang aktif, Prilly Latuconsina sering kali bertemu dengan banyak orang dalam berbagai kegiatan, terutama selama bulan Ramadan. Namun, di tengah kesibukan tersebut, Prilly mengungkapkan bahwa ia menghadapi tantangan dalam mengendalikan emosinya, yang kadang membuatnya mudah menangis dan marah. Hal ini mengakibatkan keraguan dalam dirinya tentang kelangsungan ibadah puasa yang dijalaninya.
Dalam sebuah kesempatan mengikuti kajian bersama Ustaz Adi Hidayat, Prilly berinisiatif untuk menanyakan langsung tentang perasaannya kepada sang ustaz. Ia mengungkapkan keraguan, “Kadang saya suka lupa untuk menahan emosi, akhirnya suka nangis, terus suka kelepasan marah. Nah, apakah hal itu bisa membatalkan puasa saya atau hanya mengurangi pahala puasanya?” Pertanyaan ini menjadi sangat relevan mengingat pentingnya menjaga kedamaian hati dan pikiran selama menjalankan ibadah puasa.
Ustaz Adi Hidayat memberikan penjelasan yang sangat membantu Prilly dan mungkin banyak umat Islam lainnya yang merasakan hal serupa. Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua kategori yang bisa memengaruhi puasa seseorang. Pertama adalah hal-hal yang langsung membatalkan puasa, dan kedua adalah hal-hal yang tidak membatalkan puasa namun dapat mengurangi pahalanya.
Diantara hal-hal yang dapat membatalkan puasa adalah tindakan seperti makan dan minum dengan sengaja, berhubungan intim di siang hari selama puasa, kehilangan akal, menstruasi, serta mengeluarkan cairan dari tubuh secara sengaja. Ustaz Adi Hidayat menggarisbawahi bahwa jenis-jenis ini dapat secara langsung mengugurkan nilai ibadah puasa.
Di sisi lain, ada beberapa tindakan yang tidak membatalkan puasa namun dapat mengurangi pahala ibadah tersebut. Contohnya adalah terlibat dalam perbuatan buruk seperti bergosip, marah, bertengkar, dan berkata kasar. Semakin awal seseorang menjalankan puasa, pahalanya mampu mencapai 100 persen, tetapi bisa saja berkurang akibat tindakan yang bersifat dosa. Sebagai penjelasan lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat mengutip hadis Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya menjaga perilaku, yakni tidak berkata kotor dan bersikap tidak pantas selama berpuasa.
Ustaz menyampaikan: “Puasa itu perisai dari hal-hal yang tidak baik. Jika ada orang puasa, jangan berkata-kata kotor.” Ia juga menambahkan bahwa berbuat baik dan menjaga tindakan merupakan aspek penting dalam menjaga kesempurnaan ibadah puasa.
Pernyataan Prilly ini menjadi refleksi bagi banyak umat Islam, terutama di bulan suci yang dianjurkan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dalam konteks ini, penting bagi setiap individu untuk menjaga emosi dan perilaku agar tidak hanya memenuhi kewajiban berpuasa, tetapi juga memperoleh pahala yang maksimal.
Ustaz Adi Hidayat menekankan bahwa menjaga ketenangan dan tidak terjerumus dalam perbuatan negatif adalah bagian dari pengendalian diri yang seharusnya diterapkan selama bulan Ramadan. Dalam situasi yang penuh tekanan, seperti aktivitas yang padat dan interaksi sosial yang intens, tetap memelihara sikap sabar dan menjaga hati akan sangat membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah dengan khusyuk.
Pertanyaan dan jawaban Prilly dan Ustaz Adi Hidayat ini menjadi pengingat bahwa puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menjaga kualitas niat dan perilaku. Di bulan Ramadan ini, setiap individu diharapkan dapat mengembangkan diri, tidak hanya secara fisik tetapi juga spiritual, agar ibadah puasa dapat benar-benar maksimal dan memberikan keberkahan.