
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk membantu pemulihan Myanmar dan Thailand setelah kedua negara tersebut dilanda gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo. Dalam pernyataannya pada Sabtu, 29 Maret 2025, Prabowo menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada masyarakat kedua negara yang terdampak bencana tersebut.
Gempa yang terjadi pada Jumat siang tersebut berpusat di 13 km arah utara-barat laut Kota Sagaing, Myanmar. Sebagian besar dampak gempa terasa hingga ke wilayah tengah dan utara Thailand, termasuk ibu kota Bangkok. “Indonesia siap memberikan semua dukungan yang diperlukan untuk upaya pemulihan di daerah yang terkena dampak,” kata Prabowo melalui akun media sosial resmi miliknya.
Beliau juga menambahkan, “Pikiran dan doa kami menyertai rakyat kedua negara selama masa sulit ini,” mencerminkan solidaritas Indonesia terhadap negara-negara tetangga yang mengalami musibah.
Dari data yang disampaikan oleh Survei Geologi AS (USGS), gempa utama yang terjadi di Myanmar ini diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,4 magnitudo hanya 12 menit setelahnya. Bencana ini menimbulkan kerusakan yang signifikan, dengan sedikitnya 144 orang dilaporkan tewas di Myanmar, sedangkan di Thailand, angka kematian mencapai enam orang. Selain itu, ratusan warga di Bangkok terjebak atau hilang akibat runtuhnya sebuah gedung pencakar langit.
Menyusul bencana tersebut, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, segera mengeluarkan keputusan untuk menetapkan Bangkok sebagai zona darurat dan memerintahkan mobilisasi operasi tanggap bencana. Tindakan cepat ini diharapkan dapat meringankan kondisi darurat yang dihadapi oleh masyarakat setempat, terutama di area yang terdampak parah.
Sejumlah laporan dari media setempat menunjukkan bahwa lebih dari 80 orang terluka akibat reruntuhan gedung di Bangkok, dan ada kebutuhan mendesak akan darah untuk membantu korban di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak. Di Myanmar, selain jumlah korban jiwa yang tinggi, banyak infrastruktur yang rusak, termasuk Old Sagaing Bridge yang runtuh, memutuskan akses antara Mandalay dan Sagaing.
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah menyiapkan langkah-langkah untuk menawarkan bantuan teknis dan logistik kepada negara-negara yang membutuhkan. Prabowo menegaskan bahwa Indonesia, sebagai salah satu negara yang sering mengalami bencana, memahami betul pentingnya solidaritas antar negara di ASEAN.
Riak solidaritas juga datang dari masyarakat di dalam negeri, di mana banyak yang menunjukkan kepedulian mereka dengan menggalang dana dan bantuan untuk disalurkan kepada korban di kedua negara tersebut. Selain itu, beberapa organisasi non-pemerintah dan relawan juga sudah mulai merancang program kerja sama kemanusiaan untuk mendukung pemulihan pasca-bencana.
Meskipun bencana gempa ini sangat merusak, diharapkan bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, proses pemulihan di Myanmar dan Thailand dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Hal ini penting untuk membantu masyarakat yang terdampak kembali ke kehidupan normal, serta memberikan rasa aman bagi mereka setelah mengalami peristiwa traumatis.
Secara keseluruhan, inisiatif kuat dari Presiden Prabowo dan respons cepat dari pemerintah serta masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya siap membantu secara teknis, tetapi juga berkomitmen terhadap prinsip-prinsip solidaritas dan kemanusiaan dalam menghadapi bencana internasional.