
Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menegaskan bahwa memiliki gelar akademis tinggi tidak selalu berarti seseorang dapat melahirkan kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Dalam satu acara panen raya di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Prabowo menyampaikan bahwa yang terpenting dalam pemerintahan adalah melibatkan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada rakyat, bukan semata-mata orang yang cerdas secara akademis.
Prabowo mengungkapkan, “Kita butuh banyak orang pintar, tapi yang paling penting adalah mereka yang memiliki akal sehat dan benar-benar mencintai rakyat, karena mereka berasal dari rakyat.” Pernyataan ini menyoroti pandangannya bahwa kemampuan intelektual saja tidak cukup untuk memberikan pelayanan publik yang baik. Dia menjelaskan bahwa kebijakan prorakyat harus berasal dari pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Prabowo juga melakukan interaksi dengan pejabat-pejabat di sekitarnya, menanyakan latar belakang pendidikan mereka. Di antara mereka terdapat Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan; Menteri Pertanian, Amran Sulaiman; dan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Menariknya, semua pejabat tersebut adalah lulusan perguruan tinggi lokal, bukan pendidikan luar negeri. Hal ini menjadi sorotan Prabowo, yang menilai bahwa prestasi dan dedikasi mereka dalam bertugas adalah bukti nyata bahwa kualitas pendidikan tidak selalu menjadi penentu keberhasilan di bidang pemerintahan.
“Saya kadang melihat orang yang terlalu pintar malah tidak jadi apa-apa. Lihat, Kang Dedi, lulusan mana? Bukan dari Amerika, bukan? Oh, Purwakarta,” ujarnya, menunjukkan bahwa kesuksesan dalam pemerintahan lebih ditentukan oleh rasa cinta dan pengabdian kepada rakyat daripada sekadar gelar akademis yang dimiliki.
Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa dalam kepemimpinannya, ia dikelilingi oleh tim yang memiliki langkah-langkah strategis dan kinerja yang baik. Ia mengungkapkan keyakinannya bahwa kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan selama masa pemerintahannya mencerminkan hasil kerja keras tim yang dipimpinnya. Menurutnya, semangat dan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat harus diutamakan.
“Saya merasa benar-benar punya tim yang hebat. Menteri-menteri saya hebat. Kalau ada yang ‘nyinyir’, itu biasa. Pemimpin ibarat pohon besar yang sering diterpa angin kencang. Semakin kita naik ke puncak, semakin berat tantangan, semakin banyak pengorbanan yang harus kita hadapi,” imbuh Prabowo, menggambarkan tantangan yang dihadapi pemimpin dalam menjalankan kebijakan.
Dengan pernyataan ini, Prabowo menegaskan pentingnya memahami dan merasakan denyut nadi masyarakat. Kebijakan yang baik harus bisa memenuhi kebutuhan mendasar rakyat dan dirancang berdasarkan realitas sosial yang ada. Dia menolak anggapan bahwa pendidikan tinggi dari universitas ternama adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan kebijakan yang efektif dan menguntungkan rakyat.
Pernyataan Prabowo ini menunjukkan bahwa ia ingin menekankan pentingnya integritas dan kepedulian dalam dunia pemerintahan. Di tengah banyaknya kritik terhadap pejabat publik yang dianggap membuat kebijakan tidak pro-rakyat, sikap Prabowo menjadi pengingat bahwa kolaborasi antara pengetahuan, pengalaman, serta kerja keras dan keinginan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat adalah kunci sukses pemerintahan yang efektif.
Dalam era yang penuh tantangan ini, pesan Prabowo mengenai pentingnya cinta terhadap rakyat diharapkan dapat lebih mengedepankan perspektif humanis dalam pengambilan kebijakan, demi terciptanya perubahan yang nyata dan positif bagi masyarakat Indonesia.