![Potensi Ekspor UMKM Indonesia: Singapura dan Korsel Jadi Prioritas](https://octopus.co.id/wp-content/uploads/2025/02/Potensi-Ekspor-UMKM-Indonesia-Singapura-dan-Korsel-Jadi-Prioritas.png)
Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan potensi besar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia dalam melakukan ekspor, yang didominasi oleh negara tujuan Singapura dan Korea Selatan. Berdasarkan data dari kegiatan bisnis matching yang diadakan oleh Kemendag, potensi transaksi ekspor untuk UMKM Indonesia mencapai 5,22 juta dolar AS atau setara dengan Rp85,48 miliar pada Januari 2025.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi, merinci bahwa dari total potensi transaksi tersebut, terdapat dua komposisi utama. Pertama, transaksi pembelian langsung yang mencapai 1,55 juta dolar AS dan kedua, potensi transaksi dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) sebesar 3,67 juta dolar AS.
Singapura menjadi pangsa pasar yang signifikan, dengan produk aneka rempah menjadi daya tarik utama. Puntodewi menjelaskan, “Produk yang diminati oleh Singapura, yaitu aneka rempah-rempah dan produk perkebunan.” Sementara itu, untuk Korea Selatan, potensi transaksi MoU mencapai 1 juta dolar AS dengan minat terhadap produk dari kayu, alat kesehatan, makanan olahan, hingga kendaraan listrik.
Kemendag melaporkan bahwa selama bulan Januari, telah dilaksanakan 72 sesi business matching, baik secara daring maupun luring di 33 negara. Kegiatan ini diikuti oleh 196 pelaku UMKM dari berbagai sektor, termasuk makanan dan minuman, kerajinan tangan, hingga produk kesehatan. Dari total kegiatan tersebut, terdapat 40 sesi pitching dan 32 pertemuan langsung dengan buyer yang menunjukkan minat tinggi terhadap produk Indonesia.
Para pelaku usaha UMKM mendapatkan dukungan intens dari berbagai pihak yang terlibat, terutama mereka yang berperan sebagai pembina. Puntodewi menegaskan, “Para pembina UMKM telah aktif mendampingi dan merekomendasikan pelaku usaha binaan mereka. Sinergi yang terjalin dengan baik ini menjadi kunci utama dalam mencapai hasil optimal.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran kolaborasi dalam memperluas akses pasar bagi produk lokal.
Melihat minat yang terus meningkat dari buyer, Kemendag berencana untuk melanjutkan momentum tersebut dengan menggelar 75 kegiatan business matching pada Februari 2025. Kegiatan mendatang akan mempromosikan produk seperti furnitur, makanan olahan, perikanan, dan fesyen muslim. “Kami yakin potensi transaksi yang dihasilkan akan terus meningkat mengingat tingginya minat buyer terhadap produk Indonesia,” tambah Puntodewi.
Potensi ekspor bagi UMKM Indonesia tampaknya tidak hanya tertransformasi dalam bentuk transaksi, namun juga sebagai kontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Catatan dari Kemendag menunjukkan bahwa ekspor nonmigas Indonesia pada 2024 mencapai 248,83 miliar dolar AS, dengan sektor pertanian tumbuh paling signifikan sebesar 29,81 persen. Hal ini menandakan bahwa ada peluang yang luas bagi UMKM, terutama di sektor pertanian dan produk olahan.
Kemendag berkomitmen untuk terus memantau dan mendukung perkembangan para pelaku UMKM dalam meraih sukses di pasar global. Pelaksanaan kegiatan perdagangan internasional, yang didukung oleh sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak, diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekspor. “Di tengah berbagai tantangan, Kemendag tetap berkomitmen menyelenggarakan kegiatan yang dapat mendorong peningkatan ekspor Indonesia,” pungkas Puntodewi.
Dengan semangat dan strategi yang tepat, UMKM Indonesia berpotensi untuk menembus pasar global, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan daya saing di arena internasional.