
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberikan pidato yang berdurasi lebih dari 100 menit di hadapan Kongres AS pada 4 Maret 2025, di mana ia mengklaim bahwa “Amerika telah kembali”. Pidato ini tidak hanya menandai salah satu momen penting dalam karier politiknya, tetapi juga merupakan pidato presiden terpanjang dalam sejarah modern di hadapan Kongres, sebagaimana dilaporkan oleh The American Presidency Project.
Dalam pidato tersebut, Trump membanggakan berbagai kebijakan yang telah diambil oleh pemerintahannya sejak menjabat pada 20 Januari lalu. Dia juga menunjukkan keinginan untuk berada di jalur kebangkitan negara setelah serangkaian langkah kontroversial yang diambilnya. Langkah-langkah ini mencakup pembalikan kebijakan luar negeri yang memicu ketegangan global, pemecatan ribuan pegawai pemerintah, serta pengumuman penghentian bantuan militer untuk Ukraina sehari sebelum pidato tersebut.
“Kepada sesama warga, Amerika telah bangkit,” seru Trump di awal pidatonya, diiringi tepuk tangan meriah dari anggota Partai Republik yang hadir. Ia mengeklaim bahwa negara Amerika berada di ambang kebangkitan yang belum pernah disaksikan dunia sebelumnya dan mungkin tidak akan pernah disaksikan lagi.
Selain memaparkan kebijakan dalam negeri, fokus Trump dalam pidato ini juga mencakup kebijakan luar negeri yang berpotensi memengaruhi dinamika geopolitik. Meskipun hanya menyediakan sedikit waktu untuk mendiskusikan isu luar negeri, Trump menegaskan pentingnya kesepakatan mineral dengan Ukraina, yang ia nilai strategis meskipun pertemuan sebelumnya dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Gedung Putih dianggap gagal.
Salah satu momen menarik dalam pidato tersebut adalah saat Trump mengisyaratkan bahwa mereka telah menerima “sinyal kuat” dari Rusia mengenai keinginan untuk mempercepat proses perdamaian. Pidato ini dipenuhi dengan harapan untuk mencapai kesepakatan yang stabil di Timur Tengah melalui perluasan Perjanjian Abraham, yang ditandatangani selama masa jabatannya yang pertama.
Di sisi lain, Trump berdiskusi mengenai aspek ekonomi, di mana ia berjanji untuk menyeimbangkan anggaran federal. Namun, ia juga meminta anggota Kongres untuk memberlakukan pemotongan pajak besar-besaran, langkah yang dinilai akan menambah lebih dari USD5 triliun pada utang pemerintah yang telah mencapai angka USD36 triliun. Dalam konteks tersebut, Trump menekankan pentingnya menaikkan pagu utang negara sebelum akhir tahun, untuk menghindari risiko gagal bayar yang bisa menyebabkan dampak parah bagi ekonomi.
Sejumlah analis dan kritikus memandang langkah-langkah yang diambil Trump sebagai upaya untuk memicu kontroversi, baik di tingkat domestik maupun internasional. Beberapa fitur utama dari pidato tersebut mencakup:
1. Kebangkitan Ekonomi: Trump menekankan kebangkitan ekonomi sebagai hasil dari kebijakan pemerintahannya.
2. Kebijakan Luar Negeri yang Kontroversial: Menaikkan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan China, serta kebijakan penghentian bantuan untuk Ukraina.
3. Pemotongan Pajak: Mendorong Kongres untuk menyetujui paket pemotongan pajak yang mungkinmenambah GDP namun juga memperberat utang negara.
4. Harapan Perdamaian: Upaya diplomatik untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah dan sinyal positif dari Rusia terkait negosiasi.
Meskipun banyak pendukung yang bersorak gembira, pidato ini juga menyisakan banyak pertanyaan mengenai langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pemerintah Trump, terutama di tengah tantangan yang muncul akibat kebijakan yang diambilnya. Penilaian terhadap dampak dari tindakan dan kebijakan yang diusung oleh Trump akan terus menjadi topik perdebatan di kalangan politisi dan masyarakat AS dalam waktu ke depan.