Petani Pidie Ciptakan Tanggul Irigasi Menjadi Lahan Bawang Merah!

Semangat para petani bawang merah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam sebulan terakhir. Mereka yang dulunya hanya menanam bawang merah di lahan sawah kini mulai mengalihkan perhatian mereka dengan menyulap tanggul irigasi dan pekarangan rumah menjadi lahan produktif untuk menanam bawang merah. Pergeseran ini terjadi karena tingginya harga bawang merah yang mencapai puncaknya, yang diyakini dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para petani.

Di Desa Padang, Kecamatan Simpang Tiga, para petani mengambil inisiatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan memanfaatkan tanggul irigasi teknis. Dengan tujuan untuk melindungi tanaman dari gangguan hewan ternak seperti sapi dan kambing, mereka membangun pagar kawat beronjong di sekitar area tanam. Langkah ini dilakukan untuk memastikan tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik dan tidak terganggu oleh hewan ternak.

Kondisi serupa juga terlihat di Kecamatan Indrajaya, di mana petani mulai mengganti kebiasaan mereka dengan menanam bawang merah di kebun dekat rumah dan pekarangan permukiman. Hal ini dilakukan karena lahan sawah yang sedang ditanami padi pada tahap kedua, ditambah dengan intensitas hujan yang meningkat, memaksa mereka untuk mencari alternatif menanam bawang merah di tempat lain.

Mustamar Arifin, selaku Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan Kecamatan Simpang Tiga, menjelaskan bahwa ada 52 lokasi di wilayah tersebut yang biasanya digunakan untuk menanam bawang merah. Namun, dengan datangnya musim tanam padi kedua dan seringnya hujan, para petani memilih untuk memanfaatkan tanggul irigasi sebagai pilihan aman untuk bertani. “Di sini penghasil bawang. Sangat menggembirakan hasilnya. Ada sekitar 50 hektare biasanya ditanami bawang merah. Karena sekarang sering hujan dan lahan sawah ditanami padi, petani bergeser ke kebun kawasan permukiman atau tanggul irigasi,” tuturnya.

Di sisi lain, tingginya harga bawang merah di Aceh membuat tangan petani semakin bersemangat untuk bercocok tanam. Saat ini, di Pasar Pante Teugoh Sigli, ibu kota Kabupaten Pidie, bawang merah kualitas baik dijual dengan harga antara Rp45.000 hingga Rp50.000 per kilogram, sementara bawang dengan kualitas sedang berkisar antara Rp40.000 hingga Rp45.000 per kilogram. Kenaikan harga ini menjadi peluang ekonomi yang menarik bagi para petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Fenomena petani yang berinovasi dalam metode bertani juga terlihat sebagai respon terhadap kondisi cuaca yang tidak mendukung. Dengan musim penghujan yang sering kali mengakibatkan genangan air di lahan sawah, mereka lebih memilih untuk memanfaatkan lahan baru yang lebih sesuai untuk menanam bawang merah. Ini menunjukkan kemampuan adaptasi petani Pidie dalam menghadapi tantangan alam sekaligus membuka peluang baru di sektor pertanian.

Berdasarkan pengamatan, keberhasilan para petani Pidie dalam menyulap tanggul irigasi menjadi lahan bawang merah menunjukkan adanya kejelian dalam mengelola sumber daya yang tersedia. Mereka tidak hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga berinovasi untuk memastikan ketahanan pangan di wilayah mereka. Dengan keterampilan dan pengetahuan yang ada, petani di Pidie berupaya untuk terus berkembang dan memaksimalkan hasil pertanian meskipun dalam kondisi sulit sekalipun. Melihat potensi panen yang menjanjikan, tentu saja menjadi alasan kuat bagi mereka untuk terus berkarya dalam bidang pertanian ini.

Exit mobile version