Pesan Titiek Puspa Soal Kematiannya: Diungkap 5 Tahun Lalu!

Penyanyi senior Indonesia, Titiek Puspa, yang dikenal dengan karya-karya ikoniknya, telah meninggal dunia pada Kamis, 10 April 2025. Ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, pada usia 87 tahun setelah menjalani operasi akibat pendarahan otak di sisi kiri kepalanya. Kabar duka ini mengejutkan dunia seni tanah air, mengingat perjalanan kariernya yang panjang dan produktif selama 67 tahun.

Prosesi pemakaman Titiek Puspa diadakan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta, pada 11 April 2025. Keluarga besar hadir dalam balutan pakaian serba putih, mengikuti pesan khusus yang diwariskan oleh sang penyanyi. Pesan tersebut disampaikan Titiek Puspa lima tahun sebelum wafatnya, yang menginstruksikan agar keluarganya mengenakan pakaian putih saat ia berpulang. “Nanti kalau aku mati, kalian datang, saudara aku harus pakai baju putih, ya,” ungkap Petty Tunjungsari, putri sulung Titiek Puspa, di lokasi pemakaman.

Pentingnya untuk menghormati pesan tersebut bagi Petty bukan hanya sekadar mematuhi permintaan, melainkan juga menganggapnya sebagai amanat suci dari seorang ibu. “Kalau saya, kami orang Jawa, apa yang ibu saya katakan istilahnya ‘sendiko ratu ibu’, jadi apa yang dikatakan ibu saya itu lebih dari sekadar instruksi, yakni amanat, amanat yang kalau dilanggar, bahaya,” ujarnya.

Dalam penyampaiannya, Petty juga menceritakan bahwa ibunya tidak menyukai pakaian hitam, warna yang sering dipakai masyarakat saat menghadiri prosesi pemakaman. Namun, ia tidak mempertanyakan lebih lanjut mengapa Titiek Puspa memilih warna putih. Seperti yang diungkap Petty, “Seniman pasti punya gaya dan nilai sendiri, yang tidak dapat diperdebatkan.”

Titiek Puspa, yang memiliki nama asli Sudarwati, lahir pada 1 November 1937 di Tanjung, Tabalong. Karirnya di dunia seni dimulai di kota Semarang dan semakin bersinar setelah menjadi penyanyi tetap di Orkes Studio Jakarta pada era 1960-an. Ia berkolaborasi dengan berbagai musisi terkenal dan juga terlibat dalam penciptaan lagu. Karya-karya populer seperti “Minah Gadis Dusun,” “Si Hitam,” dan “Doa Ibu” menjadi bagian integral dari sejarah musik Indonesia.

Dalam perjalanan kariernya, Titiek Puspa tidak hanya menyanyikan lagu-lagu, tetapi juga menulis lagu dan aktif di dunia seni peran. Album-albumnya yang berjudul “Si Hitam” dan “Doa Ibu” menjadi titik balik penting dalam karirnya sebagai pencipta lagu. Bahkan, lagu “Kupu-Kupu Malam” ciptaan Harry Roesli menjadi salah satu lagu paling ikonik yang mewakili dirinya.

Meskipun sudah berusia lanjut, semangat berkaryanya tidak pernah pudar. Lagu-lagu yang diciptakannya memiliki tema yang tetap relevan dengan generasi muda dan hingga kini masih dinyanyikan oleh musisi baru. Ia juga aktif dalam berbagai pertunjukan dan seni peran, terlibat dalam operet legendaris dan film-film populer.

Kehilangan Titiek Puspa bukan hanya duka bagi keluarganya, tetapi juga bagi seluruh pecinta musik Indonesia. Warisan seni yang ditinggalkannya akan selamanya dikenang dan menginspirasi banyak orang. Pesan terakhirnya yang sederhana, namun penuh makna, mencerminkan kepribadiannya yang dikenal sebagai seorang seniman yang bijak dan memiliki pandangan hidup yang khas. Kini, dengan pemakaman yang sesuai dengan keinginan terakhirnya, keluarga dan penggemar berharap dapat terus merayakan karya dan hidupnya dalam dunia seni yang ia cintai.

Berita Terkait

Back to top button