
Winger muda Barcelona, Lamine Yamal, menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap ajaran Islam dengan menjalankan puasa di bulan Ramadan. Di tengah jadwal pertandingan yang padat, pemain berusia 17 tahun ini tidak merasa bahwa ibadah yang dilakukannya akan mempengaruhi performanya di lapangan. “Saya berpuasa selama Ramadan, ini tentang iman dan agama Anda. Saya percaya pada agama saya dan saya cukup sehat untuk berpuasa,” ungkap Yamal saat diwawancarai oleh DAZN.
Yamal, yang juga merupakan anggota Tim Nasional Spanyol, telah membuktikan bahwa puasa tidak mengganggu penampilannya sebagai atlet. Dalam pertandingan melawan Benfica di leg kedua babak 16 besar Liga Champions pada 12 Maret 2025, Yamal tampil mengesankan dengan mencetak satu gol dan memberikan satu assist, membantu Barcelona meraih kemenangan 3-1 dan memastikan mereka lolos ke perempat final dengan agregat 4-1.
Sebagai pemain kunci dalam skuad Barcelona musim ini, Lamine Yamal telah mencatatkan total 12 gol dari 37 penampilan di semua kompetisi. Meskipun terbilang sangat muda, ia telah membuktikan bahwa ia dapat bersaing di tingkat tertinggi, bahkan saat menjalankan kewajiban berpuasa.
Dalam kondisi fisik yang baik, Yamal menegaskan bahwa aspek spiritual dari berpuasa sangat penting baginya. Keyakinannya bahwa puasa tidak akan mempengaruhi stamina dan performa di lapangan membuatnya tetap optimis selama bulan suci ini. Hal ini menunjukkan kedewasaan dan dedikasi yang luar biasa untuk seorang pemain di usianya yang masih belia.
Pelatih Barcelona, Xavi Hernandez, juga memberikan dukungan terhadap keputusan Yamal. Xavi percaya bahwa komitmen pemain terhadap nilai-nilai pribadi dan keimanannya justru dapat meningkatkan mental serta motivasi saat bertanding. “Kami menghargai semua yang dilakukan Lamine. Kontribusinya di lapangan sangat penting, dan punya iman yang kuat jelas menjadi nilai tambah,” ungkap Xavi dalam konferensi pers.
Dukungan dari manajemen dan rekan-rekan setim menjadi pendorong tambahan bagi Yamal. Kariernya yang cemerlang di Barcelona menunjukkan bahwa di balik kesibukan sebagai atlet profesional, ada ruang untuk menjalankan keyakinan dan ritual agama. “Saya tidak merasa tertekan untuk memilih antara sepak bola dan iman saya. Keduanya bisa berjalan beriringan,” tuturnya.
Berpuasa selama Ramadan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi atlet, terutama di tengah ketatnya jadwal kompetisi. Namun, Lamine Yamal menunjukkan bahwa ketekunan dalam menjalankan ibadah bisa berjalan bersamaan dengan tuntutan kariernya sebagai pesepak bola profesional. Dengan performa yang terus meningkat, ia berpotensi menjadi salah satu bintang masa depan tidak hanya bagi Barcelona tetapi juga dalam dunia sepak bola secara umum.
Sikap Yamal yang penuh semangat dan dedikasi terhadap puasa di bulan Ramadan menginspirasi banyak orang, baik dari kalangan atlet maupun masyarakat umum. Dalam era di mana banyak atlet yang sering terjebak dalam kesibukan dan tekanan, Yamal memberikan harapan bahwa keyakinan dan nilai spiritual dapat mendatangkan hasil yang positif di dalam dan luar lapangan.
Melalui prestasinya yang mengesankan dan kemampuan untuk tetap berkomitmen pada nilai-nilai agama, Lamine Yamal menjadi contoh nyata bahwa dedikasi kepada iman dan olahraga tidaklah saling bertentangan. Seiring berjalannya bulan Ramadan, performa gemilang Yamal di lapangan semakin mencerminkan kekuatan iman dalam menjalani hidup sebagai seorang atlet.