
Seorang pria berusia 49 tahun asal Dublin, Irlandia, Craig Jones, mengalami nasib tragis setelah terinfeksi akibat jilatan anjing peliharaannya. Kasus ini muncul sebagai peringatan serius bagi pemilik hewan peliharaan tentang risiko kesehatan yang mungkin timbul dari interaksi sehari-hari dengan anjing. Menurut laporan yang diterbitkan oleh Dailymail pada 20 Maret 2025, kejadian ini mengejutkan banyak orang karena Jones dikenal sebagai pribadi yang aktif dan memiliki kesehatan yang baik.
Jones, yang merupakan seorang ayah dua anak dan rutin berlari sejauh 10 kilometer setiap hari, mendapati dirinya mengalami kondisi tubuh yang mengkhawatirkan setelah anjing beagle peliharaannya menjilat sebuah luka terbuka di kakinya. Istrinya segera membawanya ke rumah sakit setelah melihat gejala seperti kulit yang membiru dan terasa dingin. Sayangnya, meskipun mendapatkan perawatan untuk sepsis, sebuah infeksi serius yang dapat memicu reaksi ekstrem dalam tubuh, Jones tidak mampu bertahan dan mengalami enam kali serangan jantung sebelum akhirnya meninggal dunia.
Pemeriksaan lebih lanjut mengungkap bahwa infeksi yang dialami Jones diakibatkan oleh bakteri yang umum ditemukan di mulut anjing, yang diduga sudah masuk ke dalam aliran darah melalui luka terbuka akibat psoriasis yang dideritanya. Psoriasis adalah kondisi kulit kronis yang membuat kulit mudah terluka dan rentan terhadap infeksi. Ini memberikan kesempatan bagi bakteri berbahaya untuk masuk ke dalam tubuh.
Dr. Eoghan O’Neill, seorang ahli mikrobiologi di Connolly Hospital, menjelaskan bahwa meskipun infeksi akibat jilatan anjing sangat langka—ditemukan pada satu dari satu juta orang—sering kali dapat mengakibatkan konsekuensi fatal. Bakteri seperti Capnocytophaga canimorsus, yang dapat menular melalui gigitan anjing, berpotensi mematikan jika berhasil masuk ke dalam darah. Dalam kasus Jones, jilatan dari anjingnya telah berakibat fatal.
Upaya penanganan dan perawatan medis yang dijalani Jones ternyata tidak cukup untuk menyelamatkan hidupnya. Selain adanya kondisi psoriasis yang membuatnya rentan, sistem imun Jones juga mungkin telah melemah akibat pengobatan yang dia jalani dan ketiadaan limpa, yang berfungsi penting dalam melawan infeksi.
Koroner Cróna Gallagher memberikan peringatan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan hewan peliharaan. Ia menyarankan pemilik anjing untuk menjaga kebersihan yang lebih ketat, terutama jika memiliki luka terbuka atau kondisi sistem imun yang lemah. “Interaksi dengan hewan peliharaan seharusnya dilakukan dengan hati-hati,” katanya, menegaskan pentingnya kesadaran akan risiko yang mungkin ada.
Kasus serupa juga pernah terjadi pada 2016, saat seorang wanita berusia 70 tahun di Inggris mengalami kegagalan organ multipel akibat infeksi dari anjingnya. Beruntung, ia berhasil selamat setelah menjalani perawatan antibiotik yang intensif, menyoroti pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Gejala sepsis yang perlu diwaspadai oleh masyarakat meliputi demam tinggi, sesak napas, kelelahan ekstrem, dan ruam yang tidak memudar saat ditekan dengan kaca. Ahli kesehatan merekomendasikan agar semua orang, meskipun belum pernah mengalami infeksi mirip ini, berhati-hati dalam berinteraksi dengan hewan peliharaan mereka. Langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan setelah menyentuh hewan peliharaan, menghindari kontak dengan luka terbuka, dan segera mencari pertolongan medis jika timbul tanda-tanda infeksi serius dapat menjadi pencegahan yang efektif. Kesadaran akan risiko dapat berarti perbedaan hidup dan mati, seperti yang dialami Craig Jones.