Perempuan Sedunia 2025: Ayo Respons Kesehatan Mental Bersama!

Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret menjadi momentum penting untuk memperhatikan berbagai isu yang berkaitan dengan perempuan, salah satunya adalah kesehatan mental. Menjelang Hari Perempuan Sedunia 2025, tema yang diusung adalah “Accelerate Action” atau “Percepat Aksi,” menekankan perlunya langkah konkret untuk mendukung kesehatan mental perempuan.

Kesehatan mental perempuan sering kali terabaikan meskipun memiliki dampak yang signifikan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Imran Pambudi, Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan, menegaskan bahwa kesehatan mental yang baik tidak hanya mendukung kesehatan individu, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan di sekitarnya. Dalam konteks ini, ada beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk meningkatkan kesehatan mental perempuan di Indonesia.

Salah satu langkah pertama yang perlu diakui adalah beban gangguan mental yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perempuan memiliki kemungkinan dua kali lebih banyak untuk mengalami depresi. Berbagai faktor seperti kesenjangan ekonomi, beban ganda dalam rumah tangga dan pekerjaan, serta kurangnya akses ke layanan kesehatan mental yang terjangkau menjadi penyebab utama mengapa gangguan mental lebih tinggi terjadi pada perempuan. Terlebih lagi, pandemi COVID-19 telah meningkatkan prevalensi gangguan kecemasan dan depresi, terutama bagi perempuan yang bekerja di sektor kesehatan atau sebagai pengasuh utama keluarga.

Selanjutnya, menghapus ketidaksetaraan gender dalam layanan kesehatan mental menjadi urgensi. Di banyak negara, khususnya negara berkembang, perempuan menghadapi hambatan dalam akses layanan kesehatan mental akibat stigma sosial, keterbatasan finansial, dan minimnya tenaga medis yang sensitif terhadap kebutuhan spesifik perempuan. Oleh karena itu, diperlukan upaya strategis untuk memastikan layanan kesehatan mental yang inklusif dan mudah diakses bagi semua perempuan, termasuk di daerah terpencil.

Dari perspektif sosial, perempuan sering kali mengalami stres akibat peran ganda mereka dalam keluarga dan pekerjaan. Ini meningkatkan risiko kelelahan mental. Untuk mengatasi hal ini, beberapa solusi yang dapat diterapkan termasuk kebijakan cuti parental yang lebih fleksibel, edukasi tentang manajemen stres, serta penciptaan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan mental perempuan.

Lebih jauh lagi, peningkatan akses ke layanan kesehatan mental dipandang sangat penting. Kerjasama antara pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat menghasilkan layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses, seperti konseling gratis dan program kesehatan mental berbasis komunitas. Saat ini, hanya sekitar 40% puskesmas di Indonesia yang mampu memberikan layanan kesehatan jiwa, dan pemerintah menargetkan bahwa semua puskesmas dapat memberikan layanan ini pada tahun 2027.

Stigma terkait kesehatan mental juga menjadi tantangan yang harus diatasi. Banyak perempuan enggan mencari bantuan karena takut dicap lemah. Oleh karena itu, kampanye edukasi publik yang meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental sangatlah penting. Ini bertujuan untuk menghilangkan anggapan bahwa gangguan mental adalah kelemahan, sehingga lebih banyak perempuan mau mencari dukungan tanpa rasa malu.

Selain itu, pendekatan holistik dalam pemberdayaan perempuan juga perlu diterapkan. Meningkatkan kesehatan mental perempuan tidak hanya melalui layanan kesehatan, tetapi juga pendidikan tentang kesehatan mental sejak dini, pemberdayaan ekonomi untuk kemandirian finansial, dan perlindungan hukum terhadap kekerasan berbasis gender.

Komunitas yang mendukung kesehatan mental perempuan juga memiliki peran krusial. Dukungan sosial dapat menjaga kesehatan mental dengan membentuk komunitas yang menyediakan ruang aman bagi perempuan untuk berbagi pengalaman dan menawarkan program pendampingan. Kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan mental, seperti meditasi, yoga, atau kelompok diskusi, juga sangat penting.

Hari Perempuan Sedunia 2025 menekankan perlunya percepatan aksi dalam menghadapi tantangan kesehatan mental perempuan. Dengan fokus yang lebih mendalam dan komprehensif pada isu ini, diharapkan dapat tercipta dunia yang lebih setara dan memberdayakan perempuan di Indonesia, mendukung visi untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Berita Terkait

Back to top button