Pelatih baru Timnas Malaysia, Peter Cklamovski, baru-baru ini membuat pernyataan yang menarik perhatian terkait strategi naturalisasi yang diterapkan oleh Timnas Indonesia. Dalam wawancara dengan awak media, Cklamovski menyatakan bahwa program naturalisasi yang digalakkan oleh PSSI, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Erick Thohir, tidak relevan bagi dirinya dan tim yang ia latih.
Pernyataan Cklamovski terjadi saat dia ditanya tentang kebijakan naturalisasi yang telah terbukti efektif mendongkrak performa Timnas Indonesia, baik di level usia muda maupun senior. “Proyek naturalisasi Indonesia tidak bermakna bagi saya. Jadi saya tidak akan berbicara soal itu. Program itu tidak relevan bagi saya,” ungkapnya, seperti dikutip dari Astro Arena.
Komentar tersebut membuat berbagai analisis muncul di kalangan pengamat sepak bola. Banyak yang berpendapat bahwa Cklamovski memilih untuk fokus pada pengembangan pemain lokal Malaysia dan tidak merasa perlu untuk mengikuti kebijakan yang diterapkan oleh negara lain. Dia memiliki keyakinan tinggi terhadap potensi pemain lokal dan menilai Malaysia masih memiliki jalan panjang dalam meningkatkan performa timnas.
Cklamovski mengakui bahwa saat ini Malaysia belum berada di level elite Asia, namun dia optimis bahwa melalui kerja keras, prestasi Tim Harimau Malaya dapat ditingkatkan secara bertahap. “Saya melihat ada potensi besar di sepak bola Malaysia. Namun, kita harus rendah hati dan menyadari bahwa kita masih jauh dari level tertinggi sepak bola Asia,” tambahnya.
Meski demikian, performa Timnas Malaysia dalam beberapa tahun terakhir tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan. Mereka gagal lolos dari babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dan kini berjuang untuk mengamankan tempat di Piala Asia 2027. Ini kontras dengan capaian Timnas Indonesia yang tengah dalam tren positif. Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, skuad Merah Putih berhasil mencetak sejarah dengan lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan menjadi satu-satunya wakil ASEAN yang berhasil mencapai fase tersebut.
Keberhasilan Timnas Indonesia juga menjamin satu tempat bagi mereka di Piala Asia 2027, menjadikannya tim pertama dari Asia Tenggara yang memastikan tiket ke turnamen tersebut. Program naturalisasi yang dijalankan Indonesia, terutama dengan pemain-pemain keturunan yang berkiprah di Eropa, menjadi salah satu senjata utama dalam memperkuat komposisi skuad.
Di sisi lain, Malaysia tampaknya tetap berpegang pada filosofi pengembangan pemain lokal. Cklamovski berharap Harimau Malaya dapat kembali bersaing dan mengakhiri dominasi Indonesia di kawasan ASEAN. Namun, dengan atmosfer persaingan yang semakin ketat di Asia Tenggara, strategi dan pendekatan yang diambil oleh masing-masing federasi akan menjadi pengamatan menarik. Apakah Malaysia akan tetap dengan pendekatan tradisional atau mulai melirik opsi seperti naturalisasi menjadi pertanyaan yang menarik untuk ditunggu jawabannya.
Kedua tim kini berada dalam momen yang berbeda, di mana Indonesia menunjukkan performa yang meningkat, sementara Malaysia masih mencari cara untuk kembali ke jalur kesuksesan. Dengan perkembangan yang ada, publik sepak bola di zona ASEAN akan terus memantau bagaimana strategi kedua pelatih ini akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai oleh masing-masing tim.