Peggy Melati Sukma Cerita Perjuangan Puasa 16 Jam di Selandia Baru

Peggy Melati Sukma, artis yang kini menetap di Selandia Baru, mengalami tantangan unik dalam menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan. Saat berbagi cerita mengenai pengalamannya tersebut, Peggy mengungkapkan bahwa waktu puasa di Selandia Baru berlangsung selama 16 jam. Hal ini tentu merupakan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan saat ia menjalani puasa di Indonesia.

Dalam sebuah kesempatan di Balai Kartini, Jakarta, Peggy menyampaikan, “Kami di New Zealand, itu salat Subuhnya dari jam 5, bukanya jam 9 malam ya. Kebetulan Ramadan tahun ini siangnya lagi panjang.” Dengan waktu puasa yang lebih lama, Peggy harus beradaptasi dengan kondisi baru. Namun, ia bersyukur, karena cuaca di Selandia Baru yang relatif sejuk membantunya dalam menjalani ibadah tersebut.

Di wilayah tempat tinggalnya di bagian selatan Selandia Baru, Peggy menjelaskan, “Jadi memang walaupun disebutnya musim panas, tapi udaranya tetap dingin.” Suhu tertinggi yang ia alami ketika musim panas berada di kisaran 18 hingga 21 derajat Celsius, membuat saat-saat berpuasa menjadi lebih nyaman baginya. Bukan hanya itu, kehangatan matahari di tanah air seolah membangkitkan kerinduan dalam dirinya.

Setiba di Indonesia untuk melaksanakan kegiatan dakwah, Peggy merasakan kembali kebahagiaan dapat menikmati waktu puasa yang lebih pendek seperti di masa lalu. “Begitu tiba di Indonesia, alhamdulillah, dapet matahari. Jadi kangen sama mataharinya,” ucapnya dengan senyuman. Kepulangannya ke Indonesia juga memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan keluarga dan teman-teman yang sudah lama tidak ia temui.

Peggy melanjutkan cerita perjuangannya dalam berpuasa dengan mengungkapkan, “Saat di New Zealand, walaupun puasanya panjang, saya bisa cepat beradaptasi.” Dengan semangat yang tinggi, dia telah merencanakan kegiatan dakwah di sembilan kota di Indonesia hingga pertengahan Maret. Melalui perjalanan ini, ia berharap bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta bertemu kembali dengan para jemaah dan sahabat-temannya.

Perjuangan Peggy dalam menjalankan ibadah puasa di Selandia Baru juga mencerminkan perjalanan spiritualnya yang lebih dalam. Ia memutuskan untuk menetap di negara tersebut dengan harapan dapat memperdalam ilmu agama dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kondisi cuaca yang lebih dingin membuatnya bisa menjalani waktu-waktu ibadah lebih tenang, meskipun tantangan puasa yang lebih lama tetap ada.

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa pengalaman Peggy ini menunjukkan bagaimana umat Muslim di berbagai belahan dunia menjalani ibadah puasa di masa yang berubah-ubah. Meskipun waktu dan kondisi mungkin berbeda, semangat beribadah dan kedekatan kepada Tuhan selalu menjadi prioritas utama.

Dalam konteks global, perlunya adaptasi dalam menjalankan ibadah, terutama ketika kondisi berlangsung berbeda seperti yang dialami Peggy, menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam di luar Indonesia. Melalui cerita Peggy Melati Sukma, banyak orang diharapkan mendapatkan inspirasi untuk tetap berkomitmen dalam beribadah, meski harus menghadapi berbagai tantangan.

Sementara itu, Peggy berharap agar setiap potongan kisah perjalanan dakwahnya bisa memberikan dampak positif bagi orang-orang yang mendengarnya. Dengan harapan besar untuk bertemu kembali dengan jemaah dan sahabat-sahabatnya, dirinya terus melangkah dengan penuh keyakinan di sepanjang jalan spiritual yang ia pilih.

Berita Terkait

Back to top button