
Paus Fransiskus, yang saat ini berusia 88 tahun, mengalami dua episode gagal napas akut pada hari Senin, 26 Februari 2024, di tengah perawatan pneumonia yang telah berlangsung selama lebih dari dua minggu. Hal ini diumumkan oleh pernyataan resmi dari Vatikan, yang menjelaskan kondisi kesehatan pemimpin Gereja Katolik itu.
Sebelumnya, Paus Fransiskus sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada akhir pekan lalu setelah mengalami krisis pernapasan berat yang menyebabkan dia muntah pada hari Jumat. Namun, keadaan memburuk pada hari Senin akibat penumpukan lendir di bronkus, yang disertai dengan bronkospasme. Menyikapi situasi tersebut, tim medis melakukan dua prosedur bronkoskopi untuk menyedot sekresi dalam jumlah besar dari saluran pernapasannya. Selain itu, pada sore harinya, Paus kembali memerlukan ventilasi mekanis non-invasif untuk membantu proses pernapasannya.
Perkembangan ini diungkapkan melalui pernyataan resmi Vatikan, yang juga menegaskan bahwa meskipun tetap waspada, sadar, dan kooperatif, prognosis medis Paus masih “berhati-hati.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa kemajuan, ia masih berada dalam kondisi berbahaya dan perlu pemantauan yang ketat.
Paus Fransiskus pertama kali dirawat di rumah sakit pada tanggal 14 Februari karena bronkitis, namun kondisinya memburuk dan berkembang menjadi pneumonia pada kedua paru-parunya. Pada tanggal 22 Februari, ia mengalami serangan asma yang berkepanjangan dan harus menerima transfusi darah akibat jumlah trombosit yang rendah. Kondisi ini semakin rumit setelah penumpukan lendir menyebabkan episode gagal napas, yang kembali menguji ketahanan fisiknya.
Kondisi kesehatan Paus menjadi perhatian global, terutama mengingat riwayat kesehatan yang kompleks. Paus Fransiskus sebelumnya pernah mengalami pleuritis dan menjalani pengangkatan sebagian paru-paru saat masih muda, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru. Para ahli medis menyatakan bahwa usia dan penyakit pernapasan kronis yang dideritanya dapat memperlambat proses pemulihannya.
Di tengah situasi yang menegangkan ini, banyak pendukung Paus mengungkapkan doa dan dukungan mereka. Dalam pesan yang dibagikannya melalui media sosial, Paus mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mendoakannya, sambil berharap untuk segera kembali ke menjalani tanggung jawabnya sebagai pemimpin Gereja. Kegiatan doa malam untuk kesehatan Paus juga berlangsung di Basilika Santo Petrus, serta di berbagai tempat lain di Italia dan negara-negara lainnya.
Sebelum keadaan kesehatannya memburuk, Paus Fransiskus menjalani jadwal yang cukup padat, termasuk untuk acara-acara yang berkaitan dengan Tahun Yubileum Katolik. Ketidakmampuan beliau untuk menghadiri beberapa acara ini menandakan betapa seriusnya kondisi kesehatan yang sedang dihadapinya.
Masyarakat Katolik dan pengamat kesehatan akan terus memantau perkembangan kondisi Paus. Sementara itu, rumah sakit tempat ia dirawat telah menjadi pusat perhatian dengan banyaknya pengunjung yang datang mendoakan kesembuhannya. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi Paus saat ini, harapan akan pemulihan tetap menjadi doa utama bagi banyak orang di seluruh dunia.