Pasukan Kerajaan Mataram Sukses Penggal Kepala Inisiator Pemberontakan

Pasukan Kerajaan Mataram baru-baru ini menangkap dan membunuh inisiator pemberontakan terhadap kekuasaan Sultan Agung, dalam sebuah operasi yang dipimpin oleh Pangeran Purbaya. Rencana pemberontakan tersebut diinisiasi oleh Tumenggung Pasisingan, yang sebelumnya telah membangun koalisi dengan beberapa pejabat dan pasukan Mataram lainnya. Namun, informasi mengenai rencana tersebut berhasil diperoleh oleh Pangeran Purbaya dan segera dilaporkan kepada Sultan Agung, penguasa Kesultanan Mataram.

Pada keesokan harinya, Tumenggung Pasisingan yang tidak menyadari bahwa rencana jahatnya telah terbongkar, tiba di lokasi pembangunan istana baru. Di sinilah pasukannya yang telah bersiap menunggu, menerima isyarat dari Pangeran Purbaya dan segera menggerakkan langkah mereka. Proses eksekusi berlangsung cepat, di mana Tumenggung Pasisingan dibunuh dan tubuhnya ditikam oleh prajurit-prajurit Mataram. Dalam kekacauan tersebut, para kaki tangannya melarikan diri dan melaporkan kejadian itu kepada Tumenggung Agrayuda.

Tumenggung Agrayuda, yang berusaha menyelamatkan diri, berupaya melawan. Dengan tombak di tangannya dan naik kuda, ia memerintahkan kepada anak buahnya untuk mengikutinya. Namun, para anak buahnya justru melarikan diri, meninggalkannya sendirian dalam pertempuran. Hanya dengan semangat bertempur, Agrayuda maju seorang diri, tetapi tak beruntung; ia pun dihadang dan dibunuh, kepalanya dipenggal oleh para prajurit Mataram yang sudah bersiap siaga.

Menurut catatan dalam Serat Kandha, meskipun keluarga dan anak buahnya tidak meninggalkannya, Tumenggung Agrayuda terlalu berani maju terlampau jauh hingga akhirnya terdesak, terkepung, dan terbunuh dalam aksi tersebut. Setelah kedua pemimpin pemberontakan, Pasisingan dan Agrayuda, tewas, Pangeran Purbaya segera melaporkannya kepada Sultan Agung di bangsal witana.

Sultan Amangkurat I, yang menerima laporan mengenai penggal kepala mereka, memanggil adiknya Pangeran Alit untuk menyaksikan hasil dari eksekusi tersebut. Dalam sebuah simbolisasi kekuasaan, sang raja datang sambil membawa kepala-kepala para pemberontak. Ia dengan tegas mengatakan, “Beginilah tampang orang-orangmu yang ingin mengangkatmu sebagai raja,” menunjukkan penolakan terhadap setiap upaya untuk menggoyahkan kekuasaannya.

Pangeran Alit yang terperanjat melihat hasil pembantaian tersebut, marah dan menikam kepala-kepala yang dibawa oleh Sultan. Dalam aksi emosionalnya, ia mengucapkan kata-kata yang menuntut pertanggungjawaban kepada Tumenggung Pasisingan, menegaskan posisi kesetiaannya terhadap Sultan dan kerajaan.

Peristiwa ini menggambarkan ketegangan yang terjadi di dalam struktur kekuasaan Kerajaan Mataram, di mana ambisi pribadi dan konspirasi politik berpotensi menimbulkan dampak yang signifikan terhadap stabilitas negara. Penangkapan dan eksekusi Tumenggung Pasisingan dan Tumenggung Agrayuda menunjukkan kekuatan dan ketegasan Sultan Agung dalam menanggulangi ancaman terhadap kekuasaannya. Di sisi lain, insiden tersebut juga mencerminkan betapa rapuhnya loyalitas dan segi-segi internal kepemimpinan yang dapat dengan cepat mengarah pada kekacauan dan pertumpahan darah.

Langkah yang diambil oleh Pangeran Purbaya dan Sultan Agung menciptakan sinergi untuk mengatasi ancaman tersebut, menandakan bahwa di balik kekuasaan yang besar, terdapat dinamika politik dan kekuasaan yang kompleks. Situasi ini juga memperlihatkan pentingnya informasi dan pengawasan dalam mencegah rencana-rencana subversif yang merugikan kestabilan kerajaan. Kematian dua tokoh pemberontak itu menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak di Kerajaan Mataram mengenai konsekuensi dari tindakan pemberontakan.

Exit mobile version