
Penataan kawasan Malioboro, salah satu ikon Kota Yogyakarta, terus berlanjut dengan rencana pemindahan tempat parkir bus dari TKP Abu Bakar Ali ke Terminal Giwangan. Langkah ini diambil untuk menciptakan ruang terbuka hijau dan mengurangi kemacetan di pusat kota yang menjadi tujuan utama wisatawan.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, dalam pertemuan bersama Gubernur DIY, menjelaskan bahwa pengembangan kawasan Selatan Yogyakarta menjadi fokus utama penataan ini. Ia menekankan pentingnya pengelolaan transportasi wisata dengan merelokasi bus besar yang biasa parkir di dalam kota ke Terminal Giwangan, sehingga bisa mengurangi jumlah kendaraan yang memasuki Malioboro.
“Terminal Giwangan akan digunakan untuk menampung bus-bus besar agar tidak masuk ke dalam kota. Kami juga akan merencanakan shuttle untuk menghubungkan terminal dengan pusat kota,” ujarnya. Langkah ini diharapkan dapat mengoptimalkan aksesibilitas sejumlah tempat wisata, sekaligus menjaga kenyamanan pengunjung yang datang.
Sementara itu, Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen pada pembangunan dan kebersihan kota yang berkelanjutan dan terencana. Hasto menegaskan bahwa kebersihan Malioboro perlu ditingkatkan, termasuk area di bawah gorong-gorong yang harus dijaga agar tidak terlihat kumuh. “Kami akan memastikan bahwa kawasan ini bersih dan nyaman bagi semua orang,” tambahnya.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, juga ikut berkomentar mengenai penataan kawasan tersebut. Menurutnya, proses ini harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan bijaksana, serta harus mempertimbangkan dampak bagi semua yang terlibat, termasuk tukang parkir. Keberadaan tukang parkir di sekitar TKP Abu Bakar Ali menjadi sorotan mengingat pengelolaan yang baik perlu diupayakan guna menyelamatkan mata pencaharian mereka. “Kita perlu mencari alternatif solusi untuk masalah ini agar tidak menjadi beban bagi masyarakat,” jelasnya.
Pemerintah juga menyadari pentingnya melibatkan masyarakat dalam menjaga kebersihan. Edukasi mengenai pentingnya kesadaran dalam pengelolaan sampah menjadi salah satu poin penting yang disampaikan oleh Sri Sultan. “Kebersihan adalah tanggung jawab bersama. Masyarakat harus diajak berpartisipasi aktif,” imbuhnya.
Dalam rencana ini, edukasi kepada pengemudi becak yang sering parkir sembarangan di sekitar Malioboro juga menjadi fokus. Hal ini diharapkan dapat mengurangi kesan kumuh dan menjadikan Malioboro lebih rapi dan menarik bagi pengunjung. “Perilaku ini harus diperbaiki agar kawasan ini semakin tertata,” ujar Sri Sultan.
Sebagai tambahan informasi, keberhasilan penataan kawasan Malioboro sangat bergantung pada partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dari edukasi mengenai kebersihan hingga dukungan bagi para tukang parkir, semua harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih. Pemerintah berharap, dengan pemindahan tempat parkir ini, Malioboro akan semakin nyaman bagi wisatawan dan menjadi daya tarik yang lebih besar bagi para pengunjung.
Dengan berbagai langkah yang direncanakan, diharapkan kawasan Malioboro akan semakin berkembang tidak hanya sebagai pusat wisata, tetapi juga sebagai kawasan yang ramah lingkungan dan nyaman untuk ditempati. Proses ini memang tidak mudah dan memerlukan waktu, namun komitmen pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi masa depan Malioboro.