Bisnis

OPINI: Dampak Nyanyian Riang Paylater di Kehidupan Masyarakat

Di tengah gencarnya digitalisasi, muncul fenomena baru dalam pengelolaan keuangan, yaitu penggunaan layanan Paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL). Konsep ini memungkinkan konsumen untuk membeli barang atau jasa dengan pembayaran yang dapat dilakukan di kemudian hari. Seiring meningkatnya penetrasi internet di Indonesia, yang berdasarkan data BPS mencapai 87% pada 2023, penggunaan Paylater pun semakin meluas. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat sejumlah risikonya, terutama bagi generasi muda yang sering kali tergoda untuk berbelanja tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial.

Penggunaan Paylater kerap menjadi bumerang bagi konsumen. Dalam film “Paylater”, karakter utama Tika menggambarkan kebiasaan belanja impulsif dengan memanfaatkan fasilitas ini, meskipun ia belum memiliki pekerjaan tetap. Konsekuensi dari perilakunya adalah terjerumus dalam utang yang berkepanjangan, mengakibatkan penagih utang datang ke rumah dan tempat kerjanya. Cerita ini mencerminkan kenyataan di masyarakat, di mana banyak individu yang terjebak dalam siklus utang akibat kurangnya pengelolaan keuangan yang baik.

Data dari Kredivo dan KataData menunjukkan bahwa dari 2 juta responden, 70,5% konsumen menggunakan Paylater saat berbelanja online. Ini menunjukkan popularitas metode pembayaran ini karena kemudahan yang ditawarkan, termasuk proses pengajuan yang cepat dan integrasi dengan platform e-commerce. Namun, tanpa adanya literasi keuangan yang baik, konsumen berisiko membuat keputusan yang merugikan.

Faktor ketidakpastian ekonomi, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), turut mendorong masyarakat untuk mengandalkan Paylater sebagai solusi finansial. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa sampai November 2024, pembiayaan Paylater tumbuh 61,90% year-on-year, dengan nilai total mencapai Rp8,59 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan betapa banyaknya masyarakat yang bergantung pada Paylater dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Meskipun demikian, penggunaan Paylater tidak sepenuhnya buruk. Bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), akses terhadap Paylater bisa menjadi alternatif pembiayaan yang penting. Dengan pengelolaan arus kas yang baik, usaha kecil dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk memperlancar operasional mereka. Namun, tantangannya adalah perlunya pemahaman yang mendalam tentang risiko yang terlibat dalam penggunaan Paylater sebagai sumber pembiayaan.

Agar keberadaan Paylater dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat, beberapa langkah perlu diambil. Pertama, peningkatan literasi keuangan menjadi hal yang mendesak. Masyarakat perlu dilatih untuk memahami tentang investasi, dana darurat, asuransi, serta pentingnya pengelolaan utang. Salah satu langkah awal yang bisa diambil adalah memasukkan literasi keuangan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat, sehingga generasi mendatang dilengkapi dengan pengetahuan yang baik dalam mengelola keuangan.

Kedua, lembaga jasa keuangan juga perlu meningkatkan tanggung jawab mereka dalam menyalurkan pembiayaan melalui Paylater. Prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko harus diutamakan dalam proses pemberian pinjaman. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyaluran dana kepada individu yang tidak mampu membayar utang mereka. Lebih jauh, pengaturan dan kebijakan yang lebih ketat dari regulator juga sangat dibutuhkan untuk melindungi konsumen.

Sederet langkah ini tidak hanya penting untuk kepentingan konsumen, tetapi juga untuk menjaga stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Melalui pemerataan pengetahuan dan tanggung jawab yang lebih besar dari penyedia layanan, diharapkan bahwa penggunaan Paylater dapat diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan menjadikannya beban yang berujung pada krisis keuangan pribadi.

Masa depan penggunaan Paylater di Indonesia sangat bergantung pada bagaimana masyarakat dan pelaku industri beradaptasi dengan tantangan ini. Dengan pendekatan yang tepat, Paylater dapat menjadi alat yang bermanfaat, membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang lebih terencana dan bertanggung jawab.

Nadia Permata adalah seorang penulis di situs berita octopus.co.id. Octopus adalah platform smart media yang menghadirkan berbagai informasi berita dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button