
OpenAI, laboratorium terkemuka dalam penelitian kecerdasan buatan, baru-baru ini mengambil langkah signifikan dengan menutup akun pengguna berasal dari China dan Korea Utara. Tindakan ini dilakukan setelah terdeteksinya sejumlah penyalahgunaan teknologi AI yang dilakukan oleh individu atau kelompok di negara-negara tersebut untuk tujuan yang berpotensi merugikan, termasuk operasi surveilans dan manipulasi opini publik. Dalam pernyataannya pada Minggu (23/2/2025), OpenAI menyebutkan bahwa langkah tersebut perlu diambil untuk mempertahankan etika dan integritas penggunaan teknologi di tengah meningkatnya risiko penyalahgunaan oleh rezim otoriter.
Sejak penutupan akun ini, OpenAI tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut mengenai jumlah akun yang diblokir atau durasi tindakan tersebut. Namun, laporan dari Reuters mengungkapkan bahwa salah satu pengguna ChatGPT di China menggunakan teknologi ini untuk menciptakan artikel berita dalam bahasa Spanyol yang menyebarkan narasi negatif tentang Amerika Serikat. Artikel-artikel tersebut kemudian dipublikasikan di media arus utama di Amerika Latin, memperlihatkan bagaimana AI dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ideologis tertentu dan menciptakan distorsi informasi.
Di Korea Utara, tujuan penyalahgunaan AI tampak berbeda. Menurut laporan dari Times of India, beberapa akun teridentifikasi berusaha membuat profil dan resume palsu dengan memanfaatkan kemampuan AI untuk melamar pekerjaan di perusahaan Barat. Tujuan dari tindakan ini diduga adalah untuk menyusup ke dalam industri strategis dan mencuri data sensitif yang dapat digunakan untuk kepentingan negara.
Selain itu, ada pula laporan mengenai kelompok di Kamboja yang menggunakan ChatGPT untuk menerjemahkan dan membuat komentar massal di platform sosial seperti X (Twitter) dan Facebook. Tindakan ini bertujuan mendukung skema penipuan finansial, menunjukkan bagaimana teknologi AI dapat disalahgunakan untuk kegiatan kriminal.
OpenAI juga mengonfirmasi bahwa langkah penutupan akun pengguna ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut dari teknologi yang dikembangkannya. Kebijakan ketat ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk menghindari implikasi etis dan hukum yang mungkin timbul akibat penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab.
Sementara itu, OpenAI terus melakukan inovasi dengan merencanakan peluncuran model AI terbaru, yaitu o3 dan o3-mini. Dalam pengumuman yang dirilis melalui The Verge, OpenAI menyatakan bahwa model-model baru ini akan terlebih dahulu menjalani pengujian keamanan yang ketat sebelum dirilis kepada publik. Model o3 dirancang untuk memberikan kemampuan penalaran yang lebih baik dan transparansi dalam memberikan jawaban dibandingkan model-model sebelumnya. Meskipun peluncuran publiknya belum diumumkan, langkah ini menunjukkan bagaimana OpenAI berupaya untuk terus meningkatkan keamanan dan efektivitas penggunaannya dalam berbagai konteks.
Dalam perkembangan terkini, model o3 telah menunjukkan pencapaian yang luar biasa, seperti peningkatan kinerja sebesar 22,8% dibandingkan model pendahulunya dalam uji kode. Keberhasilan ini tidak hanya memvalidasi potensi teknis dari model tersebut, tetapi juga memberikan gambaran mengenai masa depan AI yang lebih mampu dalam menangani berbagai tugas kompleks.
Kasus penyalahgunaan AI yang dilakukan oleh individu-individu di negara-negara seperti China dan Korea Utara menyoroti tantangan besar yang harus dihadapi oleh pengembang teknologi di seluruh dunia. OpenAI, dalam upayanya untuk mengatasi isu ini, berkomitmen untuk tetap lalui dengan penuh perhatian dalam pengembangan dan penyebaran kecerdasan buatan, mendorong agar teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab demi manfaat bersama.