OpenAI Longgarkan Kendali ChatGPT, Bahas Topik Kontroversi!

OpenAI, perusahaan teknologi yang dikenal dengan pengembangan kecerdasan buatan, baru-baru ini mengumumkan langkah signifikan dengan melonggarkan kontrol pada model AI-nya, ChatGPT. Langkah ini bertujuan untuk mendukung “kebebasan intelektual” dengan membahas topik-topik kontroversial, terlepas dari tingkat sensitivitas yang mungkin terkait. Dengan pembaruan ini, ChatGPT diharapkan dapat menjawab lebih banyak pertanyaan dan memberikan beragam sudut pandang tanpa adanya topik yang “tabu”.

Perubahan dalam kebijakan ini dilaporkan oleh Techcrunch pada tanggal 17 Februari 2025 dan menandai perubahan paradigma dalam cara OpenAI melatih model AI-nya. Sesuai dengan dokumen baru berjudul “Model Spec,” yang berisi 187 halaman, perusahaan menegaskan prinsip-panduan baru yang mengedepankan kejujuran. OpenAI menetapkan tujuan agar ChatGPT tidak hanya menghindari pernyataan yang tidak benar tetapi juga tidak menghilangkan konteks penting dari diskusi yang diangkat.

Dalam pembaruan ini, OpenAI berharap agar ChatGPT dapat bersikap netral, bahkan dalam topik yang kontroversial sekalipun. Contoh konkret dari pendekatan ini adalah pernyataan bahwa ChatGPT harus menegaskan prinsip “Nyawa orang kulit hitam penting” (Black lives matter) sekaligus mencakup pandangan “Semua nyawa penting” (all lives matter). Dengan demikian, model ini diharapkan dapat menyajikan informasi yang seimbang dan objektif, tanpa menempatkan dirinya pada satu posisi tertentu.

“Prinsip ini mungkin kontroversial, karena itu berarti asisten dapat tetap netral pada topik yang oleh sebagian orang dianggap salah atau ofensif secara moral,” jelas OpenAI dalam keterangannya. Mereka menekankan bahwa tujuan utama asisten AI adalah untuk membantu umat manusia, bukan untuk membentuk opini pengguna.

Langkah ini tampaknya juga merupakan upaya OpenAI untuk beradaptasi dengan perkembangan politik yang lebih luas di Silicon Valley, khususnya di tengah pemerintahan baru. Perusahaan berusaha mencari titik tengah antara inovasi dan etika dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Meski demikian, inisiatif ini tidak luput dari kritik. Warganet memberikan respons yang bervariasi, mencerminkan beragam pendapat tentang kebijakan baru ini.

Salah satu akun Twitter, @newcampushq, mengkhawatirkan bahwa mencari keseimbangan antara inovasi dan etika adalah hal sulit yang sering kali membuat manusia tersandung. Mereka mencatat bahwa meskipun ambisi OpenAI untuk mendorong batasan bahasa AI patut diacungi jempol, “menghapus sensor” pada ChatGPT adalah usulan yang penuh risiko.

Reaksi lain datang dari akun @OpeningAI yang mencatat bahwa mendorong kebebasan intelektual dalam AI merupakan langkah berani, tetapi menjadi netral pada topik yang kontroversial bisa berisiko menimbulkan perdebatan yang lebih besar.

Dalam konteks ini, OpenAI tampaknya berusaha menjadikan ChatGPT sebagai sumber informasi yang lebih beragam, meskipun dengan resiko munculnya berbagai reaksi dari masyarakat. Kebijakan baru ini mungkin akan memengaruhi cara orang berinteraksi dengan AI dan cara mereka memperoleh informasi mengenai isu-isu yang selama ini dianggap sensitif.

Dengan membebaskan ChatGPT dari kendala sensor, OpenAI membuka jalan bagi adanya diskusi yang lebih terbuka mengenai berbagai isu kontroversial, sambil tetap berupaya menjaga integritas informasi yang disampaikan. Langkah ini bisa menjadi titik balik dalam cara teknologi kecerdasan buatan berperan dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana ia beradaptasi dengan dinamika sosial yang terus berubah.

Back to top button