OJK Optimistis Sektor Keuangan 2025 Melaju, Simak Target Utamanya!

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis bahwa sektor keuangan Indonesia akan terus menunjukkan kinerja yang positif hingga tahun 2025. Ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) di Jakarta, pada Selasa, 11 Februari 2025. Dalam kesempatan tersebut, Mahendra menjelaskan proyeksi dan target yang diharapkan dapat dicapai oleh sektor jasa keuangan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi.

Mahendra menginginkan agar masyarakat dan pelaku industri tidak hanya memfokuskan perhatian pada tantangan yang ada, tetapi juga melihat sejumlah peluang yang dapat dimanfaatkan. “Kami optimistis kinerja sektor jasa keuangan di tahun 2025 akan berlanjut,” ungkapnya. Keyakinan ini didasarkan pada beberapa indikator yang mampu mencerminkan performa sektor keuangan saat ini.

Berdasarkan data yang dirangkum OJK, pada tahun 2024, pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan mencapai 10,39% year on year (YoY), tanpa mengesampingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diproyeksikan sebesar 4,48% YoY. Selain itu, aset industri asuransi juga mengalami pertumbuhan positif dengan angka mencapai 2,03% YoY, sementara piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 6,92% YoY.

Berdasarkan data tersebut, OJK menargetkan pertumbuhan kredit perbankan untuk tahun mendatang berada dalam kisaran 9% hingga 11%. Pertumbuhan ini didukung oleh DPK yang diharapkan meningkat sebesar 6% hingga 8%. Target ini diharapkan dapat mendorong perekonomian nasional yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Dalam sektor pasar modal, OJK menargetkan penghimpunan dana yang mencapai Rp220 triliun. Menyikapi penurunan kondisi penjualan kendaraan bermotor, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih hati-hati, yakni dalam rentang 8% hingga 10%.

Mahendra juga menyoroti pentingnya sektor asuransi yang diperkirakan akan tumbuh antara 6% hingga 8%. Sementara itu, aset dana pensiun diharapkan mampu tumbuh antara 9% hingga 11%, serta aset penjaminan dengan proyeksi pertumbuhan 6% hingga 8%.

Dalam upaya mencapai target-target ini, Mahendra menekankan pentingnya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan. Kerja sama antara pemerintah, otoritas moneter, industri jasa keuangan, pelaku usaha, dan masyarakat perlu ditingkatkan. “Sinergi kebijakan dengan berbagai pihak bukan hanya diperlukan untuk pencapaian angka-angka target, tetapi juga untuk memaksimalkan manfaat sektor keuangan bagi perekonomian nasional,” jelasnya.

Mahendra menambahkan bahwa OJK berkomitmen untuk terus beradaptasi serta menciptakan kebijakan yang relevan dengan perkembangan terkini di sektor keuangan, termasuk memanfaatkan teknologi dalam memberikan pelayanan. Diperkirakan, digitalisasi akan semakin mendominasi sektor jasa keuangan, yang juga menjadi salah satu pendorong pertumbuhan.

OJK berharap bahwa semua inisiatif dan target ini tidak hanya akan berkontribusi pada kondisi stabilitas sektor keuangan, namun juga membawa dampak positif bagi masyarakat. Hal ini penting agar sektor keuangan dapat berfungsi secara optimal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Dukungan dari seluruh pihak menjadi kunci untuk memastikan bahwa sektor keuangan dapat memberikan manfaat maksimal bagi pembangunan ekonomi tanah air di masa depan.

Exit mobile version