
Muhammadiyah meluncurkan becak listrik (Betrik) 1912 di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (15/3). Acara peluncuran ini digelar di halaman Hotel SM dan dilakukan secara simbolis oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto. Peluncuran ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui Paguyuban Abang Becak KH. Ahmad Dahlan (PABELAN) yang berfokus pada kesejahteraan para pengemudi becak di area tersebut.
Agung Danarto menyampaikan harapannya bahwa program yang diinisiasi oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah ini tidak hanya memberikan dampak ekonomi bagi para pengemudi becak, tetapi juga berkontribusi terhadap upaya pengurangan emisi dan promosi transportasi ramah lingkungan. “Pada bulan yang penuh berkah ini, MPM bisa berkontribusi, peduli ke masyarakat bawah, dhuafa, mustadh’afin,” ujarnya dalam siaran pers.
Peluncuran becak listrik ini juga didukung oleh Bank Danamon Syariah melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), yang menunjukkan kolaborasi positif antara sektor swasta dan organisasi masyarakat. Agung pun memberi apresiasi kepada bank tersebut beserta amal usaha Muhammadiyah (AUM) lainnya yang terlibat dalam program ini.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin, menjelaskan bahwa PABELAN sebelumnya telah ada dalam bentuk pengemudi becak tradisional, dan kini bertransformasi menjadi penggunaan becak listrik. “Kalau sebelumnya sudah ada Pabelan, tetapi masih dalam model gayuh, kita akan mulai mentransformasikan dengan becak listrik,” ungkap Yamin, menegaskan langkah progresif dalam mendukung keberlanjutan dan inovasi.
Penggunaan becak listrik ini dipilih sebagai kesempatan untuk menghormati identitas Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota budaya dan pariwisata. Dalam rencana ke depan, PABELAN Betrik 1912 juga diharapkan dapat menyediakan layanan city tour yang membawa wisatawan ke berbagai situs bersejarah di Yogyakarta, sekaligus mengedukasi mereka tentang kontribusi Muhammadiyah di kota tersebut.
Menyusul peluncuran ini, nantinya akan dibangun stasiun pengisian daya di halaman Hotel SM, Jl. KH. Ahmad Dahlan, yang akan mendukung operasional becak listrik. Riset mengenai lokasi dan desain stasiun pengisian juga telah dimulai, dan pengisian daya dari kondisi tidak ada baterai hingga penuh membutuhkan waktu sekitar satu jam.
Inisiatif ini bukan hanya sekadar memperkenalkan moda transportasi baru, tetapi juga sebagai sarana untuk memberdayakan para pengemudi becak dan masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya becak listrik, harapannya dapat meningkatkan pendapatan para pengemudi becak, serta memberikan alternatif transportasi yang lebih bersih dan efisien di kawasan yang ramai tersebut.
Agung Danarto juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pengusaha dan lembaga sosial, dalam rangka mendukung masyarakat yang kurang beruntung. Ini menunjukkan komitmen Muhammadiyah untuk bertindak sebagai jembatan antara kelompok yang lebih beruntung dan mereka yang membutuhkan bantuan, demi terciptanya keadilan sosial.
Dengan langkah ini, Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada peran sosial dan ekonominya, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan ramah bagi generasi mendatang. Peluncuran becak listrik di kawasan Malioboro menjadi simbol transformasi yang diharapkan dapat menginspirasi inisiatif serupa di daerah lainnya, menginspirasi upaya pelestarian warisan budaya, dan memastikan kota tetap berfungsi sebagai destinasi pariwisata yang menarik.