Moms, Waspada! Anak Susah Konsentrasi Bisa Karena Kurang Zat Besi

Gangguan konsentrasi pada anak sering kali menjadi permasalahan yang dikhawatirkan oleh orang tua. Banyak orang tua menemukan bahwa anak-anak mereka sulit fokus, baik saat belajar di kelas maupun saat mengerjakan tugas rumah. Tak sedikit yang menyimpulkan bahwa kondisi tersebut berkaitan dengan kemampuan anak dalam belajar. Namun, para ahli menyatakan bahwa ada kemungkinan lebih mendalam yang perlu dicermati, salah satunya adalah kurangnya zat besi dalam tubuh.

Menurut dr. Rizki Aryo Wicaksono, Sp.A, seorang dokter spesialis anak di RSIA Bina Medika Bintaro, anemia defisiensi zat besi dapat menyebabkan berbagai masalah pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anemia ini disebabkan oleh rendahnya kadar zat besi, sehingga jumlah sel darah merah dalam tubuh berkurang. Akibatnya, pasokan oksigen yang dibutuhkan oleh berbagai organ menjadi tidak optimal. Dr. Rizki menjelaskan, “Jangka pendeknya, pasti anaknya jadi kekurangan sistem pertahanan tubuh, karena sel darah merahnya tidak terdistribusi dengan baik. Jangka panjangnya, karena kekurangan oksigen terus, nanti jadi gagal tumbuh.”

Kondisi ini berakibat pada kelelahan fisik, yang sering kali membuat anak merasa lemas dan sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Dr. Rizki menekankan bahwa jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, anak bisa mengalami penurunan prestasi dan kesulitan dalam memahami pelajaran. “Jika oksigen tidak mencapai otak, anak- anak lebih cenderung tidak fokus, lesu, prestasi akhirnya menurun,” jelasnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memastikan anak mereka mendapatkan asupan zat besi yang cukup. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh anak adalah dengan memberikan makanan yang kaya akan zat besi. Dr. Rizki merekomendasikan makanan sumber protein hewani seperti daging merah dan ikan sebagai pilihan yang baik. Ia juga menambahkan bahwa pangan terfortifikasi, yakni makanan yang diperkaya dengan zat gizi tambahan, juga bisa menjadi alternatif. Contoh pangan terfortifikasi adalah susu yang diperkaya zat besi, sereal sarapan, dan roti yang dilengkapi nutrisi.

Dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, juga menegaskan pentingnya pemenuhan asupan zat besi harian anak. Ia menyebutkan bahwa kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi dan rendahnya penyerapan zat besi dalam tubuh anak dapat meningkatkan risiko defisiensi. “Penting bagi orangtua untuk memastikan anak mendapatkan asupan zat besi yang cukup melalui pola makan seimbang,” ujarnya.

Makanan yang dianjurkan untuk memperkaya asupan zat besi meliputi protein hewani, seperti telur, ayam, daging sapi, dan ikan. Selain itu, untuk meningkatkan penyerapan zat besi, Dr. Dian menyarankan kombinasi antara makanan kaya zat besi dan vitamin C. “Salah satu cara untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi adalah dengan mengkombinasikannya dengan vitamin C, yang dapat meningkatkan penyerapannya hingga dua kali lipat,” ungkapnya.

Selain memastikan anak mendapatkan asupan makanan kaya zat besi, orang tua juga perlu memperhatikan pola makan si kecil. Dengan pola makan yang teratur dan seimbang, serta mengedepankan makanan kaya zat besi, diharapkan anak tidak hanya terhindar dari anemia, tetapi juga dapat berkonsentrasi dan belajar dengan lebih baik.

Kesehatan adalah fondasi bagi perkembangan anak, dan zat besi memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental anak. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan gizi yang baik, khususnya zat besi, dapat membantu anak untuk berkembang optimal, baik secara fisik maupun akademis.

Berita Terkait

Back to top button