
Misteri mengenai kapal Nabi Nuh kembali menyita perhatian publik setelah tim ilmuwan internasional mengklaim menemukan jejak yang diduga sebagai sisa-sisa bahtera legendaris tersebut. Penemuan ini berfokus pada Formasi Durupinar, suatu struktur unik yang terletak sekitar 30 km di selatan Gunung Ararat, Turki. Dengan panjang mencapai 163 meter, Formasi Durupinar menarik perhatian karena bentuknya yang menyerupai kapal serta ukurannya yang mendekati dimensi Bahtera Nuh seperti yang terdapat dalam teks-teks kuno.
Menurut laporan dari Dailymail, penelitian terbaru menunjukkan bahwa wilayah ini pernah mengalami banjir besar sekitar 5.000 tahun lalu, bertepatan dengan periode yang diyakini menjadi latar cerita Nabi Nuh dalam kebudayaan banyak masyarakat. Sejak tahun 2021, para peneliti dari Istanbul Technical University, Agri Ibrahim Cecen University, serta Andrews University di Amerika Serikat telah melakukan penggalian dan analisis terhadap tanah serta batuan yang ada di samping Formasi Durupinar.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kandungan lempung, deposit laut, serta fosil hewan air seperti moluska yang mengindikasikan bahwa daerah tersebut memang pernah terendam air. Uji usia terhadap sampel-sampel tersebut memperkuat dugaan bahwa area ini mengalami banjir yang dahsyat antara 3.500 hingga 5.000 tahun lalu. Penemuan ini seolah memberikan harapan baru bagi para pencari jejak Bahtera Nuh yang selama ini terobsesi dengan misteri ini.
Walaupun demikian, klaim ini tidak luput dari kritik. Sejumlah ahli geologi ragu dan berpendapat bahwa Formasi Durupinar hanyalah hasil dari proses alami akibat erosi dan pergerakan tanah, bukan konstruksi buatan manusia. Lorence Collins, seorang geolog dari California State University Northridge, menekankan pendapatnya dalam penelitiannya pada tahun 2016 bahwa formasi tersebut tidak memiliki indikasi sebagai peninggalan kapal.
Sejarah pencarian Bahtera Nuh sendiri bukanlah hal baru. Banyak ekspedisi sebelumnya yang juga mengklaim telah menemukan jejak kapal tersebut di sekitar Gunung Ararat. Misalnya, pada tahun 1980-an, penjelajah Ron Wyatt mengklaim telah menemukan sisa-sisa kapal di wilayah tersebut. Selain itu, pada tahun 2010, sebuah tim peneliti dari China dan Turki juga mengumumkan penemuan potongan kayu di ketinggian 4.000 meter di Gunung Ararat yang mereka yakini berasal dari Bahtera Nuh, meskipun klaim ini masih diperdebatkan karena kurangnya bukti ilmiah yang kuat.
Sementara itu, penelitian terbaru dari Formasi Durupinar memberikan petunjuk yang menarik, namun komunitas ilmiah secara umum masih skeptis terhadap klaim tersebut. Para peneliti yang mendukung teori ini berencana untuk melakukan studi lebih lanjut dan mengumpulkan lebih banyak bukti. Mereka berharap bahwa dengan lebih banyak data dan analisis, misteri kapal Nabi Nuh dapat terpecahkan.
Di tengah ketidakpastian ini, perhatian dunia terus tertuju pada lokasi misterius di Turki. Seiring dengan perkembangan penelitian, mungkin suatu saat nanti kita akan mendapatkan jawaban pasti tentang salah satu cerita paling terkenal dalam sejarah manusia. Misteri kebenaran di balik kisah Nabi Nuh dan Bahteranya masih menyisakan ruang untuk eksplorasi dan penemuan baru.