Minat Pasar Asuransi Pendidikan Melonjak di Tengah Biaya Edukasi

Meningkatnya biaya pendidikan di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan membuat minat masyarakat terhadap asuransi pendidikan mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan penelitian IFG Progress yang dipublikasikan pada Maret 2025, tren minat ini menunjukkan bahwa asuransi pendidikan kini menjadi salah satu produk yang paling diminati oleh konsumen, demi mengatasi dampak kenaikan biaya pendidikan yang terus bergulir.

Dalam riset tersebut, terungkap bahwa 23,4% responden yang telah memiliki asuransi dan berencana untuk membeli produk asuransi tambahan memilih asuransi pendidikan. Sementara itu, asuransi jiwa mendapatkan minat sebesar 22,2%. Alasan utama dari responden yang tertarik dengan asuransi pendidikan adalah untuk mendapatkan perlindungan tambahan, yang dilaporkan mencapai 46,2%. Hal ini mencerminkan adanya kesadaran akan pentingnya perencanaan pendidikan sejak dini.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa 67,2% responden yang belum memiliki asuransi menilai perlindungan terhadap pendidikan masa depan sebagai prioritas utama. Selain pendidikan, 66,2% responden juga mengkhawatirkan biaya kesehatan. Ini menjadi gambaran jelas bahwa kebutuhan akan produk asuransi pendidikan masih sangat tinggi di masyarakat, terutama di kalangan orang-orang yang telah menikah dan memiliki keluarga.

Wianto Chen, CEO PT MSIG Life Tbk., mengungkapkan bahwa sentimen positif ini bermuara dari fakta bahwa inflasi pendidikan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan inflasi umum. Saat inflasi nasional tercatat 1,03% pada Maret 2025, inflasi biaya pendidikan mencapai 1,89%, menunjukkan tekanan ekonomi yang lebih besar pada sektor pendidikan. Kenaikan biaya pendidikan, terutama untuk pendidikan tinggi, semakin sulit untuk diimbangi oleh hasil investasi yang optimal, mendorong orang tua untuk merencanakan keuangan secara jangka panjang dengan mulai menyisihkan dana sejak anak lahir.

Hal ini semakin diperkuat oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyatakan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita untuk pendidikan di Indonesia pada tahun 2023 mencapai Rp41.372 per bulan, naik 10,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan pola pengeluaran yang terus meningkat, yang dapat mendorong orang tua untuk mulai mempertimbangkan asuransi pendidikan sebagai solusi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan pandangan mengenai tingginya minat terhadap produk asuransi pendidikan. Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila, menyatakan bahwa industri asuransi perlu merespons sentimen ini dengan merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Fitur-fitur dari produk asuransi pendidikan, seperti manfaat dana pada saat usia anak tertentu dan perlindungan jiwa orang tua, harus jelas dan dipahami oleh masyarakat,” kata Iwan.

Praktisi manajemen risiko dan Ketua Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI), Wahyudin Rahman, juga menekankan pentingnya inovasi dalam pengembangan produk asuransi pendidikan. Ia menyarankan agar perusahaan asuransi menghadirkan produk yang fleksibel, seperti skema cicilan atau integrasi dengan investasi syariah dan ESG untuk menarik minat segmen pasar yang berorientasi pada keberlanjutan. Salah satu langkah lainnya adalah menjalin kolaborasi dengan institusi pendidikan dan perbankan guna memberikan lebih banyak pilihan dan kemudahan bagi calon nasabah.

Namun, tantangan tidak dapat diabaikan. Masyarakat masih menghadapi ketidakpahaman mengenai asuransi, pola konsumsi yang bervariasi, dan ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, perusahaan asuransi perlu membangun transparansi dalam setiap produk yang diterbitkan, memberikan edukasi keuangan yang lebih baik, dan menawarkan produk yang adaptif sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan pendidikan, serta dukungan dari perkembangan teknologi dan regulasi yang memadai, industri asuransi pendidikan memiliki peluang besar untuk terus berkembang. Kebutuhan akan asuransi pendidikan yang menjawab tuntutan biaya pendidikan yang melambung tinggi menunjukkan bahwa sektor ini dapat berkontribusi signifikan pada stabilitas ekonomi keluarga di masa mendatang.

Berita Terkait

Back to top button