Kesehatan

Metode Alternatif Menyikapi Kematian Akibat Rokok di Indonesia

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan angka kematian akibat merokok yang mencengangkan, mencapai 17,3 juta orang per tahun. Di Indonesia, diperkirakan bahwa 80% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, yang sebagian besar terkait dengan kebiasaan merokok. Mengantisipasi prediksi bahwa angka kematian ini dapat meningkat menjadi 23,3 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2030, pemerintah Indonesia mulai mengeksplorasi metode alternatif untuk mengurangi dampak kesehatan dari penggunaan rokok.

Praktisi kesehatan, Dr. Arifandi Sanjaya, menyatakan bahwa berhenti merokok adalah tantangan yang besar bagi banyak perokok. Gejala putus zat nikotin sering kali menjadi penghalang utama. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih bersahabat dengan produk alternatif yang lebih aman dapat menjadi solusi. “Membuat perokok berhenti itu susahnya luar biasa. Namun, dengan mengurangi dosis dan memberikan alternatif, kita dapat membantu perokok bertransisi untuk berhenti sepenuhnya,” ujarnya.

Salah satu langkah yang diambil oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah dengan meluncurkan Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM). Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, menekankan pentingnya strategi pencegahan dan pengendalian konsumsi rokok. Juga, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 yang baru diterbitkan, bersama dengan peraturan pemerintah yang akan datang pada tahun 2024, diharapkan dapat memberikan ketentuan lebih jelas mengenai produk tembakau termasuk rokok elektronik.

Konsep pengurangan risiko tembakau (Tobacco Harm Reduction/THR) menjadi solusi yang semakin mendapat perhatian. Prof. Tikki Pangestu, mantan Direktur Riset Kebijakan WHO, mengatakan bahwa pendekatan ini terbukti efektif di negara-negara maju seperti Inggris dan Jepang, dengan penurunan signifikan jumlah perokok konvensional. “Kami berharap pemerintah Indonesia dapat lebih terbuka terhadap produk alternatif tembakau ini,” ujarnya.

Selain itu, laporan dari Global Health Consults memperkirakan bahwa lebih dari 4,6 juta jiwa dapat terselamatkan pada tahun 2060 melalui metode THR. Metode ini berfokus pada peralihan dari konsumsi rokok tradisional ke bentuk yang lebih rendah risiko, seperti rokok elektronik dan produk berbasis nikotin lainnya. Publikasi dari Public Health England juga menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif dapat mengurangi risiko paparan hingga 95% lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

Meskipun studi jangka panjang mengenai manfaat kesehatan dari produk alternatif ini masih diperlukan, hasil penelitian saat ini menunjukkan potensi yang menjanjikan. Dalam upaya intervensi kebijakan, semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, perlu berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengurangan bahaya merokok. Dr. Ronny Lesmana dari Universitas Padjajaran menekankan bahwa pendekatan ini lebih menjanjikan dalam mengurangi dampak merokok, bahkan jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya mengandalkan terapi pengganti nikotin.

Mengingat situasi yang mendesak, langkah-langkah konkret harus segera diambil. Dukungan terhadap penelitian dan pengembangan tentang produk alternatif sangat krusial. Hasil-hasil penelitian dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan dalam menciptakan regulasi yang lebih baik, serta memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat mengenai risiko dan manfaat produk alternatif tembakau. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, peneliti, dan komunitas, diharapkan angka kematian akibat rokok di Indonesia dapat terkendali dan pada akhirnya, banyak jiwa dapat terselamatkan.

Nadia Permata adalah seorang penulis di situs berita octopus.co.id. Octopus adalah platform smart media yang menghadirkan berbagai informasi berita dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button