Menilik Peran Distributed Database dalam Transformasi Digital Perbankan

Upaya transformasi digital di sektor perbankan semakin mendesak di tengah perkembangan teknologi yang cepat. Salah satu komponen utama yang mendukung proses ini adalah distributed database. Penggunaan teknologi ini dinilai sangat penting untuk memperlancar integrasi dalam ekosistem sistem keuangan, baik untuk meningkatkan kenyamanan nasabah maupun memperbaiki sistem operasional internal bank.

Arwinto P. Nugroho, Country Head of PingCAP Indonesia, mengungkapkan bahwa transformasi digital di perbankan tidak hanya berfokus pada penyempurnaan layanan bagi nasabah, tetapi juga berupaya mengoptimalkan struktur internal bank itu sendiri. Contohnya, integrasi antara rekening bank dan e-wallet adalah langkah konkret untuk mempermudah aksesibilitas layanan perbankan yang lebih inklusif. “Connected finance memerlukan ekosistem dan teknologi yang dapat memfasilitasi integrasi tersebut. Salah satunya adalah teknologi distributed database,” jelas Arwinto dalam keterangannya.

Distributed database menawarkan fleksibilitas tinggi, mampu mendukung core processing, sistem periferal, serta connected banking. Kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi operasional pada skala besar menjadi salah satu alasan utama di balik adopsi teknologi ini. Dengan volume data yang terus berkembang, distributed database menjadi elemen penting dalam mempersiapkan industri perbankan menuju ekosistem yang lebih terhubung, berbasis data, dan responsif terhadap kebutuhan pasar.

Sebuah studi oleh IDC Infobrief menunjukkan bahwa 44% Chief Information Officer (CIO) di Asia menganggap risiko migrasi sebagai hambatan utama dalam transformasi digital. Namun, Arwinto menyakinkan bahwa migrasi dari MySQL ke distributed database dapat dilakukan dengan aman dan cepat. Teknologi ini terbukti mampu meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi waktu batch processing hingga 58%, serta mengatasi berbagai kendala performa dan kapasitas yang sering dihadapi oleh bank.

Lebih dari itu, Arwinto mencatat bahwa penggunaan distributed database dapat menurunkan total biaya kepemilikan hingga lebih dari 30%. Keuntungan tersebut dapat dicapai melalui arsitektur backend yang lebih efisien dan pengurangan biaya operasional yang signifikan. Di Indonesia, penerapan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan demokratisasi data, memberikan bank kemampuan lebih untuk beradaptasi dengan kebutuhan digital yang terus berkembang.

Namun, perjalanan untuk mengimplementasikan distributed database tidaklah tanpa tantangan. Berdasarkan riset yang dilakukan, beberapa kendala yang sering dihadapi oleh bank-bank Indonesia dalam proses ini meliputi:
– Kekurangan tenaga kerja terampil (70%)
– Masih adanya infrastruktur lama (63%)
– Risiko operasional selama proses migrasi (47%)
– Ketahanan operasional (40%)
– Resistensi dari manajemen tingkat atas (23%)
– Ketidakcocokan dengan vendor (23%)

Arwinto menekankan pentingnya mengatasi tantangan ini agar bank di Indonesia dapat mengadopsi solusi data terdistribusi secara efektif. Dengan langkah yang tepat, bank tidak hanya dapat membuka efisiensi baru dan meningkatkan pengalaman nasabah, tetapi juga mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah dinamika sistem finansial yang semakin terhubung.

Melalui adopsi teknologi distributed database, bank-bank dapat meningkatkan kapabilitas digital mereka, beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang terus berubah, serta menawarkan layanan yang lebih baik kepada nasabah. Ini menjadi sangat penting di era transformasi digital saat ini, di mana kecepatan dan efisiensi operasional adalah kunci utama untuk bertahan dan berkembang di industri perbankan.

Back to top button