
JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menekankan pentingnya penguasaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) oleh tenaga kerja dalam mendukung industri di Indonesia. Pernyataan tersebut disampaikan saat membahas tantangan dan kebutuhan industri yang semakin berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Menurut Yassierli, industri saat ini menghadapi persaingan yang ketat yang ditandai dengan transformasi di segala lini produksi. “Pusatnya adalah penguatan sumber daya manusia (SDM) yang mahir dalam teknologi,” ujar Yassierli pada acara yang diselenggarakan di Jakarta. Ia menggarisbawahi bahwa ada lima teknologi utama yang menjadi pilar dalam pengembangan industri yang siap menghadapi era digital, yaitu internet of things, big data, artificial intelligence, cloud computing, dan additive manufacturing.
Kebutuhan akan tenaga kerja yang menguasai teknologi ini semakin mendesak, mengingat berbagai perubahan yang terjadi di dunia bisnis. “Dalam industri, mereka bersaing dengan teknologi 4.0, artificial intelligence, internet of things, dan lain-lain. Oleh karena itu, keterampilan ini sangat dibutuhkan,” tambahnya.
Namun, Yassierli mengakui bahwa saat ini masih ada tantangan dalam hal penyediaan tenaga kerja yang terampil di sektor tersebut. Dia menegaskan perlunya perhatian dari lintas kementerian untuk memenuhi kebutuhan ini. “Tentunya ini akan membutuhkan perhatian dari berbagai kementerian untuk bisa menjawab tantangan tersebut,” paparnya.
Kementerian Ketenagakerjaan sendiri telah memulai sejumlah upaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Salah satu inisiatif yang sedang disiapkan adalah program pelatihan yang dirancang untuk membantu individu yang ingin mengembangkan kemampuan di bidang teknologi modern. Dalam program ini, peserta akan diajarkan keterampilan terkait internet of things, big data, hingga artificial intelligence.
“Kami sedang merencanakan pelatihan agar para peserta bisa menjadi digital talent, yaitu individu yang mampu berintervensi dalam proses digitalisasi produk,” imbuhnya. Pelatihan ini dirancang untuk berlangsung sekitar tiga bulan, di mana peserta akan dilatih untuk dapat membuat intervensi dalam produksi digitalisasi menggunakan berbagai sensor dan teknologi pendorong produktivitas.
Yassierli menekankan bahwa pelatihan ini sangat relevan dengan kebutuhan industri saat ini. “Dengan adanya pelatihan yang sesuai, kami harap tenaga kerja yang dihasilkan dapat membantu industri dalam meningkatkan produktivitas mereka,” ungkapnya. Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mempersiapkan SDM yang kompeten di era digital yang semakin berkembang.
Peningkatan keterampilan di bidang teknologi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, juga perlu adanya kerjasama dengan sektor swasta. Ini penting untuk memastikan bahwa pelatihan yang diberikan relevan dan mampu memenuhi tuntutan industri. Menurut Yassierli, keterlibatan pihak industri dalam merancang kurikulum pelatihan akan sangat membantu dalam menciptakan tenaga kerja yang siap pakai.
Sementara itu, dalam menghadapi transformasi digital, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap sektor industri harus beradaptasi dan berinovasi agar tidak tertinggal. Oleh karena itu, tenaga kerja yang terampil dalam teknologi, khususnya kemampuan berbasis AI, akan menjadi salah satu keunggulan kompetitif bagi perusahaan di Indonesia.
Yassierli juga menambahkan pentingnya membangun kesadaran di kalangan generasi muda tentang peluang karir di bidang teknologi. “Kami ingin anak-anak muda mengetahui bahwa ada banyak peluang dalam industri teknologi, dan mereka bisa menjadi bagian dari solusi di tengah kemajuan yang cepat ini,” tuturnya.
Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil Kementerian Ketenagakerjaan diharapkan dapat mendukung pengembangan sumber daya manusia yang tidak hanya terampil secara teknik, tetapi juga mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi di dunia industri. Hal ini menjadi kunci untuk menghadapi tantangan masa depan yang tak terhindarkan di era digital ini.