
Jakarta, Octopus – Kecelakaan bus yang menimpa jemaah umrah Indonesia di Arab Saudi telah menyebabkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat. Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar memastikan bahwa para jemaah yang menjadi korban dalam insiden tragis ini akan mendapatkan penanganan yang maksimal. Permasalahan ini terjadi ketika bus yang mengangkut rombongan jemaah umrah dari Bojonegoro mengalami kecelakaan di Wadi Qudeid, sekitar 150 kilometer dari Kota Jeddah, pada Kamis (20/3/2025) pukul 13.30 waktu setempat.
Nasaruddin mengungkapkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban. “Kami sudah koordinasi dengan petugas kita di sana. Konsulat Jenderal juga sudah menangani,” jelasnya saat konferensi pers di Istana Kepresidenan.
Kecelakaan ini merenggut nyawa enam jemaah, sementara 13 lainnya mengalami luka-luka. Satu orang selamat tanpa mengalami cedera. “Ada yang selamat. Jenazah korban sudah berada di rumah sakit, dan kami sudah berkoordinasi dengan keluarganya,” sambung Menag. Dia juga menambahkan bahwa jenazah akan dimakamkan di Arab Saudi, dan semua korban akan mendapatkan kompensasi sesuai ketentuan asuransi perjalanan umrah.
Kecelakaan ini menggarisbawahi pentingnya keselamatan saat perjalanan haji dan umrah. Menurut Nasaruddin, travel yang membawa jemaah umrah tersebut berasal dari Bekasi Selatan. Kementerian Agama akan menunggu hasil investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kecelakaan yang menyedihkan ini. “Ini akan menjadi acuan bagi kita. Regulasi perjalanan Makkah-Madinah sudah mengatur bahwa setiap bus harus memiliki dua sopir untuk menghindari kelelahan yang dapat berujung pada kecelakaan,” tegasnya.
Dalam situasi seperti ini, perlindungan dan keselamatan jemaah adalah prioritas utama. Nasaruddin menekankan bahwa meskipun saat ini umrah lebih bersifat mandiri, Kementerian Agama tetap berkomitmen melaksanakan pembinaan dan koordinasi, terutama dalam keadaan darurat. “Ada asuransi yang melindungi jemaah. Saat ini, umrah memang lebih mandiri, tetapi kami tetap melakukan pembinaan dan koordinasi, terutama dalam kejadian seperti ini,” ungkapnya.
Kejadian ini mengingatkan kita akan tantangan yang dihadapi dalam perjalanan jemaah haji dan umrah, terutama di wilayah yang memiliki kondisi jalanan yang beragam. Diketahui, jalan di sana luas namun licin, sehingga perlu adanya pembatasan kecepatan dan pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah kecelakaan serupa di masa depan.
Sebagai langkah proaktif, Kementerian Agama berencana untuk melakukan evaluasi lebih lanjut mengenai keselamatan perjalanan di masa mendatang. Ini penting untuk memastikan bahwa keselamatan jemaah umrah selalu menjadi yang utama dan tidak ada lagi insiden serupa yang akan memakan korban jiwa.
Korban kecelakaan ini adalah bukti nyata dari risiko yang dihadapi oleh jemaah umrah selama perjalanan. Keluarga dan masyarakat di tanah air berharap agar pemerintah dan lembaga terkait dapat meningkatkan standar keselamatan agar jemaah dapat menunaikan ibadah dengan tenang dan aman. Saat ini, dukungan moral bagi keluarga korban juga menjadi hal yang sangat penting, sementara upaya untuk memberikan bantuan kepada mereka dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang menjadi perhatian serius dari berbagai pihak.