
Setiap tanggal 1 Mei, dunia merayakan May Day atau Hari Buruh Internasional, di mana para buruh turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi dan meminta hak-hak mereka. Dari orasi hingga aksi demonstrasi, momen ini menjadi simbol perjuangan kesejahteraan bagi pekerja di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, tidak semua orang memahami makna di balik perayaan ini, serta perbedaan dengan istilah lain seperti “Mayday.”
Sejarah May Day bermula dari pergolakan kelas pekerja di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Tepatnya pada tahun 1886, sekitar 300 ribu buruh melakukan mogok kerja untuk menuntut pengurangan jam kerja menjadi delapan jam sehari. Tuntutan ini mengarah pada Insiden Haymarket di Chicago, di mana ledakan bom terjadi, menyebabkan banyak kematian dan luka-luka. Peristiwa tragis ini dijadikan dasar oleh Konferensi Sosialis Internasional pada tahun 1889 untuk menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional, sebagai penghormatan kepada para pekerja yang telah mengorbankan nyawa dan tenaga mereka demi keadilan.
Di Indonesia, sejarah peringatan May Day sudah ada sejak masa kolonial. Pada tahun 1948, Presiden Soekarno menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Nasional lewat Undang-Undang Kerja Nomor 12, memberikan hak kepada pekerja untuk libur pada hari tersebut. Namun, situasi berubah setelah Gerakan 30 September 1965, di mana peringatan May Day dihapuskan dan dianggap subversif akibat dugaan hubungannya dengan komunisme. Perayaan ini baru diresmikan kembali setelah era reformasi pada tahun 1998. Pada 1 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2013.
May Day bukan hanya sekadar hari libur. Ia melambangkan pencarian keadilan sosial dan perlindungan hak-hak pekerja. Nilai-nilai demokrasi—seperti kebebasan berserikat, hak untuk berkumpul, dan menyampaikan aspirasi—terkandung dalam semangat May Day. Pemerintah diharapkan untuk memberikan perlindungan bagi pekerja, salah satunya melalui program BPJS Ketenagakerjaan yang menyediakan jaminan sosial. Meski demikian, perjuangan untuk kesejahteraan buruh dan keseimbangan antara kepentingan pekerja dan pengusaha tetap harus dilanjutkan.
Menariknya, istilah “Mayday” yang sering didengungkan di dunia penerbangan dan pelayaran, berbeda makna dengan May Day. Mayday adalah sinyal darurat internasional yang berasal dari bahasa Prancis “M’aidez,” yang berarti “tolong saya.” Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1923 oleh petugas radio di Inggris dan merupakan isyarat bahwa situasi darurat membutuhkan bantuan segera.
Dengan memahami sejarah dan makna di balik May Day, masyarakat diharapkan dapat menghargai perjuangan panjang yang telah dilakukan oleh para buruh demi hak-hak mereka. Terlebih, pentingnya mengingat bahwa esensi sebenarnya dari perayaan ini adalah untuk memperjuangkan keadilan sosial, kesetaraan, dan perlindungan bagi pekerja.
Fakta menarik mengenai May Day mencakup sejarah kerusuhan Haymarket sebagai latar belakang Hari Buruh Internasional, serta bahwa sebelumnya, 1 Mei di Eropa adalah festival musim semi sebelum diasosiasikan dengan gerakan buruh. Dengan segala dinamika yang ada, setiap 1 Mei merupakan pengingat bagi kita untuk terus berjuang demi kesejahteraan buruh di seluruh dunia.