
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan tegas pada Kamis (3/4) yang mengimbau kepada perusahaan-perusahaan Prancis untuk menangguhkan semua proyek investasi di Amerika Serikat (AS). Tindakan ini merupakan respons terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang baru saja mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap barang-barang dari Uni Eropa (EU). Dalam situasi yang semakin memanas ini, Macron menekankan perlunya kejelasan sebelum melanjutkan investasi di AS.
Dalam pertemuan di Istana Elysee, yang dihadiri oleh sejumlah pemimpin bisnis Prancis, Macron menyatakan, “Yang terpenting adalah bahwa investasi yang akan datang atau yang telah diumumkan dalam beberapa pekan terakhir, ditangguhkan sementara hingga kita bisa mengklarifikasi berbagai hal dengan Amerika Serikat.” Pesan ini diharapkan dapat memfokuskan perhatian para pengusaha untuk tidak mengambil langkah tergesa-gesa di tengah ketidakpastian yang diciptakan oleh kebijakan perdagangan AS.
Peningkatan tarif impor yang diumumkan Trump, yang mencapai 20 persen untuk barang-barang dari EU, merupakan bagian dari kebijakan yang lebih besar dalam perang dagang yang semakin intensif antara AS dan sekutu-sekutunya. Tarik ulur perdagangan ini menyebabkan berbagai reaksi, termasuk peringatan Macron akan kesan keliru jika pebisnis Eropa tetap berinvestasi di AS saat negara tersebut memberlakukan tarif tinggi. Dia bertanya, “Pesan apa yang akan disampaikan jika perusahaan besar Eropa mulai menginvestasikan miliaran euro di ekonomi Amerika saat mereka ‘menghantam’ kita?”
Macron menilai bahwa keputusan AS ini sebagai tindakan yang “brutal dan tidak berdasar,” yang berpotensi memberi dampak signifikan pada perekonomian Eropa. Seruan untuk kebersamaan di antara negara-negara Eropa juga ditekankan Macron, di mana ia berpendapat bahwa Eropa harus bersatu dalam menghadapi tindakan-tindakan ini, bukan bernegosiasi secara individual dengan AS.
Trump, dalam beberapa kesempatan, menjelaskan bahwa kenaikan tarif ini adalah bagian dari skema tarif timbal balik (reciprocal tariffs) yang diterapkan sebagai respons terhadap defisit perdagangan AS. Dalam satu konferensi pers di Rose Garden Gedung Putih, Trump menyatakan, “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita.” Ia menekankan bahwa tarif baru ini tidak hanya akan mempengaruhi negara-negara musuh, tetapi juga mitra dagang yang memiliki surplus perdagangan dengan AS.
Kebijakan tarif ini mencakup tarif dasar 10 persen pada seluruh produk impor dan tarif yang lebih tinggi terhadap negara-negara tertentu, termasuk China yang akan dikenakan tarif empiris sebesar 34 persen. Pengenaan tarif ini diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan dan memberikan keuntungan bagi ekonomi AS. Namun, banyak pihak yang khawatir konsekuensi jangka panjang dari kebijakan ini akan berdampak negatif bagi ekonomi AS dan dunia, dengan ramalan bahwa “warga Amerika akan menjadi lebih lemah dan lebih miskin.”
Berdasarkan data dari Gedung Putih, tarif dasar 10 persen akan mulai berlaku pada 5 April, sementara tarif yang lebih tinggi untuk berbagai negara akan diperkenalkan pada 9 April. Meski begitu, pengecualian diberikan untuk beberapa komoditas seperti obat-obatan dan energi, menunjukkan selera Trump untuk mempertahankan pasar tertentu.
Dalam situasi yang semakin memanas ini, jelas bahwa tantangan di bidang perdagangan global akan mempengaruhi dinamika ekonomi dunia. Langkah Prancis di bawah kepemimpinan Macron untuk menghentikan investasi di AS mencerminkan kepentingan untuk melindungi posisi Eropa di tengah kebijakan yang agresif dari AS. Dengan ketegangan yang meningkat dan dampak yang kurang pasti dari kebijakan ini, banyak yang bertanya-tanya bagaimana masa depan perdagangan internasional akan tercipta, serta posisi Eropa dalam menghadapi gejolak ini.