Ledakan di Pelabuhan Iran: 1.139 Terluka, 25 Tewas!

Lebih dari 1.139 orang mengalami luka-luka dan 25 orang kehilangan nyawa akibat ledakan besar yang mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Kota Bandar Abbas, Provinsi Hormozgan, Iran pada tanggal 26 April. Insiden ini terjadi di saat suhu mencapai 40 derajat Celsius dan diduga disebabkan oleh penyimpanan bahan kimia yang tidak tepat, seperti dilaporkan oleh Fatemeh Mohajerani, juru bicara pemerintah Iran.

Ledakan yang terdengar hingga beberapa kilometer di sekitar lokasi ini memicu kepanikan di antara warga. Saksi mata melaporkan bahwa kebakaran kecil yang terjadi sebelum ledakan dengan cepat menyebar dan memicu ledakan dahsyat saat mencapai timbunan bahan-bahan mudah terbakar. Kantor berita IRNA mencatat bahwa insiden ini terjadi di area dermaga kontainer yang padat dan berpotensi berbahaya.

Kejadian beruntun ini menambah daftar panjang insiden mematikan yang melanda infrastruktur industri dan energi Iran dalam beberapa tahun terakhir. Pengelolaan yang kurang baik dan kelalaian sering kali menjadi penyebab dari banyak insiden sebelumnya, termasuk ledakan di kilang minyak dan tambang batu bara. Juru bicara organisasi manajemen krisis, Hossein Zafari, menyatakan bahwa penyimpanan bahan kimia yang buruk di dalam kontainer adalah penyebab utama ledakan tersebut. “Penyebab ledakan adalah bahan kimia di dalam kontainer,” jelasnya.

Dalam menghadapi bencana ini, Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah memerintahkan penyelidikan mendalam mengenai insiden tersebut dan mengirim Menteri Dalam Negeri, Eskandar Momeni, untuk mengawasi langkah-langkah penanggulangan di lapangan. Momeni mengkonfirmasi bahwa sekitar 80 persen api telah berhasil dijinakkan pada hari berikutnya. Rekaman dari lokasi menunjukkan awan asap hitam dan jingga mengepul dari pelabuhan dengan gedung perkantoran hancur dan puing-puing berserakan di sekelilingnya.

Pelabuhan Bandar Abbas dikenal sebagai pusat peti kemas terbesar di Iran yang terletak strategis, hanya 15 kilometer dari Selat Hormuz. Ledakan ini terjadi bersamaan dengan dimulainya putaran ketiga perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat di Oman. Meskipun ada berbagai spekulasi mengenai kemungkinan adanya kaitan antara kedua peristiwa tersebut, hingga saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan langsung.

Dalam insiden ini, Kementerian Luar Negeri Indonesia telah memastikan bahwa seluruh WNI di Iran dalam keadaan selamat. Juru bicara Kemenlu, Rolliansyah Soemirat, menyatakan bahwa dari 385 WNI yang berada di Iran, tidak ada satu pun yang terlibat dalam kejadian tersebut. Sebagian besar WNI tinggal di Qom dan Tehran, dengan dua WNI yang sebelumnya bekerja sebagai anak buah kapal di Bandar Abbas dilaporkan sudah kembali ke Indonesia.

Kementerian Luar Negeri RI juga telah melakukan koordinasi dengan otoritas lokal dan komunitas WNI di berbagai wilayah untuk memastikan keselamatan mereka. Meskipun insiden ini mengkhawatirkan, fokus utama tetap pada penanganan korban yang terluka dan penyelidikan apa yang menyebabkan ledakan tersebut.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa ledakan ini mematahkan jendela dalam radius beberapa kilometer, dengan dampak yang dirasakan di pulau Qeshm yang berjarak 26 kilometer jauh. Konsekuensi dari kejadian ini bukan hanya mengakibatkan jarangnya aktivitas di pelabuhan, tetapi juga menambah kekhawatiran akan keselamatan di fasilitas industri di Iran yang berisiko mengalami insiden serupa di masa mendatang.

Situasi ini menciptakan tantangan bagi Iran, yang dalam beberapa tahun terakhir telah menghadapi berbagai insiden yang menyoroti pentingnya pengelolaan bahan berbahaya dengan lebih efektif. Sebuah permintaan yang mendesak dari masyarakat dan pihak berwenang agar tindakan preventif lebih ketat diterapkan demi mencegah terulangnya tragedi serupa.

Berita Terkait

Back to top button