Latihan Militer di Gunung Hermon: Israel Siapkan Serangan ke Iran?

Angkatan Udara Israel melaksanakan operasi pendaratan pasukan di sisi Gunung Hermon, Suriah, pada hari Jumat. Latihan ini dilaporkan sebagai bagian dari simulasinya terhadap skenario serangan militer ke Iran. Kepala Staf Angkatan Darat Israel yang baru, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyampaikan kepada jajaran komando tinggi bahwa tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang fokus pada konflik dengan Iran.

Sumber-sumber militer di Israel mengungkapkan bahwa puncak Gunung Hermon, yang geografinya mirip dengan beberapa wilayah di Iran, dijadikan lokasi latihan untuk mensimulasikan skenario perang berskala besar. Gunung Hermon memiliki ketinggian 2.814 meter di atas permukaan laut dan suhu di area tersebut bisa mencapai antara 10 hingga 14 derajat di bawah nol.

Dalam operasi pendaratan tersebut, pasukan Israel membawa berbagai perlengkapan seperti makanan, peralatan medis, pakaian, dan amunisi. Mereka juga melakukan latihan evakuasi bagi tentara yang terluka dan terjebak, yang menunjukkan kesiapan operasional yang tinggi. Saksi mata mengonfirmasi bahwa pendaratan ini adalah bagian dari latihan perang udara, dengan fokus pada persiapan untuk potensi konflik di masa depan.

Sisi Suriah dari Gunung Hermon, yang baru saja diduduki oleh Israel beberapa bulan lalu, tidak memiliki infrastruktur yang memadai, sehingga akses ke daerah tersebut hanya bisa dilakukan melalui udara. Ini menambah kompleksitas dan urgensi latihan yang dilakukan oleh Skuadron 124 Angkatan Udara Israel, yang sering kali melakukan serangan udara terhadap bandara dan lokasi militer di Suriah, terutama setelah situasi politik di negara itu bergejolak pasca-rezim Bashar Al-Assad.

Sementara itu, Komando Pusat AS (CENTCOM) juga menjalankan misi Gugus Tugas Pengebom di Timur Tengah, yang berfungsi untuk memperkuat interoperabilitas antara mitra dan menunjukkan kemampuan proyeksi kekuatan di kawasan tersebut. Dalam misi itu, sebuah B-52H Stratofortress dari RAF Fairford, Inggris, melintasi Eropa dan beroperasi di wilayah tanggung jawab CENTCOM, termasuk melakukan pengisian bahan bakar udara dan pelatihan bersama negara-negara mitra.

Ancaman terhadap fasilitas nuklir Iran semakin meningkat, terutama setelah perubahan kebijakan di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump. Dalam konteks ini, sebuah kelompok yang terdiri dari 77 pensiunan jenderal dan laksamana AS mendesak Trump untuk mendukung kemungkinan tindakan militer Israel terhadap Iran, memperingatkan bahwa Teheran hampir mencapai kemampuan senjata nuklir.

Israel memandang Iran sebagai ancaman utama bagi keamanannya, dan meningkatnya ketegangan di kawasan ini diproyeksikan bakal meningkatkan risiko konflik berskala besar. Kesiapan militer Israel dalam menghadapi potensi serangan Iran, melalui latihan-latihan seperti yang dilaksanakan di Gunung Hermon, mencerminkan keseriusan Tel Aviv dalam merespons dan memitigasi ancaman yang dianggap semakin dekat dan nyata.

Ke depannya, sejumlah analisis menunjukkan bahwa keterlibatan militer ini akan menjadi lebih umum dan intensif, terutama menjelang tahun 2025, saat- saat diharapkan kesepakatan diplomatik yang melibatkan Iran dan kekuatan internasional lainnya mungkin akan mulai menemui jalan buntu. Hal ini menjadi refleksi dari dinamika geopolitik yang selalu berubah di wilayah Timur Tengah, di mana berbagai aktor bermain dan berusaha untuk mengamankan kepentingan strategis masing-masing.

Exit mobile version