
Jakarta, Octopus – Ekosistem digital Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu yang terkuat di dunia, namun untuk mencapai potensi tersebut, perlu adanya langkah strategis yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Kolaborasi dan sinergi menjadi faktor kunci dalam membangun ekosistem digital yang solid, mengingat masih banyak tantangan yang dapat menghambat perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Wakil Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Merza Fachys, menegaskan bahwa internet saat ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, walaupun akses internet semakin meluas, banyak tantangan yang harus dihadapi, baik dari segi pengguna maupun industri. Salah satu isu krusial dalam pengembangan ekonomi digital adalah perlunya konsolidasi operator telekomunikasi. Konsolidasi di sektor telekomunikasi diyakini dapat menjamin keberlanjutan layanan digital yang lebih baik dengan meningkatkan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi.
Data menunjukkan bahwa meskipun tarif internet di Indonesia tergolong murah, persepsi masyarakat tetap menganggap layanan tersebut mahal. Di tengah tekanan biaya operasional yang terus meningkat, penyedia layanan telekomunikasi menghadapi tantangan untuk menjaga keseimbangan antara biaya dan pendapatan. “Biaya naik terus, tetapi revenue enggak naik. Jadi harus ada terobosan bagaimana supaya balance,” ungkap Merza dalam suatu acara di Jakarta.
Tantangan lainnya adalah literasi digital yang perlu ditingkatkan untuk mendukung pengembangan ekosistem ini. Ketua Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi), John Sihar Simanjuntak, menyatakan bahwa saat ini jumlah domain dot id (.id) sudah mencapai 1,2 juta. Hal ini merupakan indikator penting akan tingkat literasi digital masyarakat. Namun, ia menekankan bahwa literasi digital tidak akan berkembang tanpa dukungan dari infrastruktur yang memadai, teknologi, serta kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM).
Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tercatat mencapai 221 juta orang, atau sekitar 82% dari total populasi. Sementara itu, pelanggan seluler telah melebihi 352 juta, menunjukkan potensi luar biasa dari ekosistem digital ini. Namun, dengan banyaknya penyedia layanan internet (ISP) yang berjumlah lebih dari 1.000, konsolidasi industri dan standarisasi mutu layanan menjadi semakin mendesak.
“Saya rasa sinergi antara penyedia infrastruktur komunikasi, penyedia layanan internet, dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas layanan digital bagi masyarakat,” ujar John Sihar. Dia juga menginisiasi kegiatan Indonesia Digital Forum 2025 bersama ATSI dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) untuk memperkuat ekosistem digital tersebut.
Langkah konkret yang diharapkan dapat diambil untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut antara lain:
1. Mendorong konsolidasi operator telekomunikasi untuk efisiensi layanan.
2. Meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan internet bagi masyarakat.
3. Memperkuat infrastruktur pendukung, termasuk teknologi yang inovatif.
4. Meningkatkan literasi digital untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi.
5. Mendorong kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah untuk pengembangan kebijakan yang mendukung ekosistem digital.
Dengan diadakannya inisiatif seperti Indonesia Digital Forum 2025, diharapkan semua pihak dapat bersinergi demi mencapai tujuan bersama, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekosistem digital yang unggul di kancah global. Perlu diingat bahwa keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada satu sektor, namun merupakan hasil kolaborasi semua pemangku kepentingan. Jika langkah-langkah strategis ini dapat dilaksanakan, maka masa depan ekosistem digital Indonesia bisa menjadi lebih cerah dan menghadirkan banyak manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.