
Kredit perbankan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang kurang menggembirakan di awal tahun 2025. Data dari Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa kredit UMKM hanya meningkat sebesar 2,1% dibandingkan tahun sebelumnya (YoY) pada Februari 2025. Angka ini mengalami penurunan dari pertumbuhan 2,5% pada Januari 2025.
Laporan yang dikeluarkan oleh BI menunjukkan bahwa total kredit yang disalurkan kepada UMKM mencapai Rp1.393,4 triliun pada Februari 2025. Meskipun pertumbuhan kredit secara keseluruhan menunjukkan angka positif, laju pertumbuhan yang semakin melambat menjadi sinyal peringatan terkait kesehatan sektor UMKM, yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional.
“Penyaluran kredit kepada UMKM pada Februari 2025 tumbuh sebesar 2,1% [YoY], setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,0% YoY,” ungkap BI dalam laporannya yang dirilis pada 23 Maret 2025. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan yang dihadapi oleh pelaku UMKM dalam mendapatkan akses pembiayaan yang lebih baik.
Dari segmentasi kredit UMKM, pembiayaan untuk usaha mikro mengalami penurunan yang signifikan, tercatat minus 0,9% dengan nilai mencapai Rp627,2 triliun. Ini menurun lebih jauh dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat minus 0,1% YoY. Di sisi lain, skala usaha menengah juga menunjukkan pelambatan dari 1,1% pada Januari 2025 menjadi 0,5% pada Februari 2025 dengan total pembiayaan Rp305 triliun.
Sementara itu, kredit untuk usaha kecil menunjukkan perkembangan positif, dengan laju pertumbuhan meningkat dari 7,2% di bulan Januari menjadi 7,9% pada Februari 2025. Nilai kredit yang disalurkan untuk usaha kecil tercatat sebesar Rp461,1 triliun, yang mencerminkan resiliensi sektor ini di tengah tantangan yang ada.
Pembiayaan untuk UMKM pada awal tahun ini juga dipengaruhi oleh jenis penggunaan kredit. Kredit investasi mengalami pertumbuhan yang cukup baik, yaitu sebesar 6,5% YoY, sedangkan kredit modal kerja hanya tumbuh sebesar 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya untuk meningkatkan investasi, kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja tetap menjadi tantangan bagi banyak pelaku UMKM.
Kenaikan rasio non-performing loan (NPL) juga menjadi perhatian di sektor UMKM. Dalam kajian BI, NPL industri perbankan pada Desember 2024 tercatat turun menjadi 2,08% dari 2,19% pada Desember 2023, namun risiko kredit khususnya di sektor yang didominasi oleh UMKM, seperti pertanian dan perdagangan, menunjukkan angka yang lebih mencolok.
“Penurunan NPL terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi, kecuali pada sektor Pertanian dan Perdagangan yang mayoritas didominasi oleh UMKM,” tulis BI. Kenyataan ini menunjukkan bahwa meskipun secara umum NPL turun, ada sektor-sektor tertentu yang masih mengalami kesulitan.
Situasi ini menegaskan perlunya perhatian lebih dari pemerintah dan lembaga keuangan dalam memperkuat akses pembiayaan bagi UMKM. Dukungan kebijakan yang tepat, akses kepada modal yang lebih mudah, dan program pelatihan bagi pelaku UMKM bisa jadi langkah strategis untuk meningkatkan pertumbuhan sektor ini di masa mendatang.
Dengan kondisi saat ini, tantangan untuk UMKM di Indonesia tetap besar. Meskipun ada harapan pada sektor usaha kecil, kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan yang lebih signifikan dan berkelanjutan bagi seluruh segmen UMKM harus menjadi fokus utama bagi para pemangku kepentingan.