Kredibilitas Proyek Belt and Road Tiongkok Anjlok Cepat di Thailand

Proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) yang digagas oleh Tiongkok kini menghadapi tantangan serius di Thailand. Ketegangan meningkat setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter yang berpusat di Myanmar meruntuhkan gedung pencakar langit yang sedang dibangun oleh insinyur Tiongkok di Bangkok. Gedung tersebut menjadi satu-satunya bangunan yang runtuh di ibu kota Thailand meskipun kota itu secara keseluruhan hanya mengalami kerusakan ringan.

Insiden ini memunculkan pertanyaan terkait kualitas material yang digunakan pada proyek tersebut. Sumber-sumber menyebutkan dugaan bahwa baja penyangga yang digunakan untuk gedung itu adalah berkualitas rendah, yang berkontribusi pada keruntuhan tersebut. Akibatnya, 87 pekerja konstruksi terjebak di bawah puing-puing, dengan setidaknya 15 orang dilaporkan tewas dan 72 lainnya masih dinyatakan hilang. Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, memberikan pernyataan mengejutkan, menekankan pentingnya penyelidikan mendalam dan menyoroti besarnya anggaran yang telah dialokasikan untuk proyek tersebut.

Penyelidikan dibuka setelah beberapa kejanggalan terungkap, termasuk pengamatan terhadap empat pria asal Tiongkok yang terlihat mengangkut dokumen dari lokasi reruntuhan. Meskipun mereka ditahan untuk diinterogasi, akhirnya mereka dibebaskan tanpa kejelasan lebih lanjut mengenai aktivitas mereka. Diskusi antara Kedutaan Besar Tiongkok di Bangkok dan Kementerian Dalam Negeri Thailand juga tidak mempublikasikan hasil pembicaraan mereka, semakin menambah misteri di balik peristiwa ini.

Krisis yang terjadi tidak hanya berpengaruh pada citra Tiongkok di Thailand tetapi juga memperburuk kondisi ekonomi negara tersebut. Dua jenis batang baja tulangan yang ditemukan di lokasi musibah ternyata tidak lulus uji kelayakan oleh Institut Besi dan Baja Thailand, menambah kekhawatiran publik terhadap proyek-proyek Tiongkok di negara itu. Laporan menunjukkan bahwa banyak warga Thailand merasakan keresahan terkait meningkatnya pengaruh Beijing dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial di Thailand.

Ekonomi Thailand diperkirakan akan kehilangan lebih dari 1 miliar dolar AS sebagai dampak dari gempa ini. Sebanyak 30 gedung tinggi di Bangkok dinyatakan tidak layak huni menurut pernyataan Departemen Pekerjaan Umum. Meskipun demikian, Menteri Pariwisata dan Olahraga, Sorawong Thienthong, berupaya menenangkan publik dengan mengatakan bahwa Thailand tetap aman untuk dikunjungi.

Pemerintah Thailand kini menghadapi kritik tajam dari masyarakat dan media terkait keefektifan lembaga yang bertugas mengawasi pembangunan. Banyak yang menunjukkan ironi bahwa gedung yang runtuh adalah kantor pusat Badan Pemeriksa Keuangan Negara yang seharusnya berfungsi untuk mengawasi proyek-proyek pemerintah. Situasi ini memunculkan tuduhan korupsi dan ketidakpuasan terhadap pengawasan yang dianggap lemah.

Kontrak proyek gedung ini merupakan hasil kerjasama antara China Railway No. 10 Engineering Group—yang merupakan perusahaan milik pemerintah Tiongkok—dan Italian-Thai Development (ITD), sebuah perusahaan konstruksi terbesar di Thailand. ITD sendiri memiliki pengalaman dalam berbagai proyek besar di Thailand dan negara-negara lainnya, menjadikan insiden ini lebih mengejutkan mengingat reputasi mereka.

Menteri Paetongtarn menegaskan bahwa semua proyek yang terhubung dengan CREC dan China Railway No. 10 akan diawasi lebih ketat, untuk memastikan semua pembangunan memenuhi standar keselamatan yang diharapkan. Saat ini, penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengevaluasi berbagai proyek lain yang mungkin terlibat, termasuk jaringan proyek BRI Tiongkok di Thailand.

Kejadian ini menunjukkan bahwa ketergantungan Thailand terhadap proyek investasi asing, khususnya dari Tiongkok, dapat berpotensi membawa risiko, mendatangkan tantangan baru baik dalam hal keamanan publik maupun kepercayaan terhadap instansi pemerintah yang bertugas mengawasi kualitas pembangunan.

Berita Terkait

Back to top button