
Regu penyelamat di Myanmar terus berupaya keras dalam pencarian dan penyelamatan korban gempa bumi yang mengguncang negara tersebut pada Jumat (28/3/2025). Gempa bermagnitudo 7,7 yang berpusat di wilayah Sagaing ini telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan, dengan jumlah korban yang terdampak melampaui 3.000 orang.
Menurut informasi terbaru dari Kedutaan Besar Myanmar di Jepang, yang diungkap melalui laman Facebook resmi mereka, total korban tewas telah mencapai 3.003 orang. Di antara jumlah tersebut, laporan menyebutkan bahwa 15 orang dinyatakan tewas dan 72 orang lainnya masih dalam pencarian di Thailand, setelah sebuah pencakar langit yang masih dalam tahap konstruksi ambruk akibat gempa yang hebat ini. Incident tersebut menambah daftar panjang kerusakan yang dialami akibat bencana alam ini.
“Situasi saat ini sangat kritis. Kami menerima laporan tentang dampak yang luas dari gempa ini. Warga membutuhkan bantuan segera, terutama untuk makanan, air, dan tempat tinggal,” ungkap juru bicara regu penyelamat.
Gempa ini telah mengakibatkan kehancuran di bagian tengah Myanmar, di mana lebih dari 28 juta penduduk tinggal. Banyak bangunan, termasuk rumah dan fasilitas umum, mengalami kerusakan parah, yang memperburuk keadaan warga setempat. Selain itu, laporan menunjukkan bahawa hujan deras yang melanda wilayah tersebut menjadi tantangan bagi tim penyelamat yang sedang bekerja di lokasi yang terkena dampak.
Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 53 penerbangan yang mendarat di Myanmar, mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan. Perhatian global terhadap bencana ini terlihat dengan hadirnya lebih dari 1.900 personel penyelamat dari 15 negara, termasuk negara-negara Asia Tenggara, serta dukungan dari China, India, dan Rusia. Keberadaan tim-tim ini diharapkan dapat mempercepat upaya penyelamatan dan pemulihan bagi masyarakat yang terdampak.
Masyarakat setempat juga menunjukkan semangat solidaritas yang luar biasa. Banyak sukarelawan berdatangan untuk memberikan makanan, minuman, dan perlengkapan kebutuhan sehari-hari lainnya kepada mereka yang terkena dampak. Di tengah kepedihan dan kehilangan yang dirasakan, kepedulian masyarakat menjadi sinar harapan bagi para penyintas.
Selama post-gempa, Myanmar telah mengalami serangkaian hingga 66 gempa susulan, dengan magnitudo berkisar antara 2,8 hingga 7,5. Fenomena ini semakin menambah ketidakstabilan dan kekhawatiran di kalangan penduduk, yang kini hidup dalam ketakutan akan kemungkinan gempa susulan yang lebih besar.
Pemerintah Myanmar sedang berupaya mengambil langkah-langkah untuk mengatasi situasi darurat ini, tetapi situasi yang kompleks dan lingkungan yang tidak stabil menyulitkan proses pemulihan. Di tengah perang saudara yang masih berlangsung, tantangan untuk memberikan bantuan secara efektif menjadi lebih rumit.
Para pakar memperingatkan bahwa bencana ini bisa memicu krisis kemanusiaan yang lebih besar jika tidak ditangani dengan cepat dan berkelanjutan. Dalam upaya untuk menjawab kebutuhan mendesak ini, penting bagi masyarakat internasional untuk bersatu dan memberikan dukungan kepada Myanmar dalam masa-masa sulit seperti ini.
Kondisi yang memburuk memerlukan perhatian yang lebih besar agar tidak ada lagi nyawa yang hilang akibat bencana ini. Tim penyelamat dan pemerintah sedang berjuang untuk memberikan bantuan yang diperlukan bagi mereka yang selamat dan secepat mungkin, membantu mereka pulih dari trauma yang dialami akibat gempa bumi ini.