Kreator konten Willie Salim baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah menyajikan konten memasak rendang di Palembang, Sumatera Selatan. Konten tersebut menjadi perdebatan panas dan berbuntut panjang, dengan sejumlah laporan resmi yang diajukan kepada pihak kepolisian. Beberapa orang dari Palembang merasa tersinggung atas pernyataan Willie mengenai rendang seberat 200 kg yang konon hilang diserbu warga, meski makanan tersebut belum matang.
Polemik ini bermula saat Willie Salim mengadakan acara masak besar di bulan Ramadan. Kontennya dengan cepat viral namun menuai kritik. Tak lama setelah video tersebut tersebar, Willie mengeluarkan permohonan maaf, mengekspresikan penyesalan di atas kekhilafannya yang dianggap memperburuk citra masyarakat Palembang. Ia menegaskan tidak ada niatan untuk mengatur apa yang terjadi dalam konten tersebut dan menyadari persiapannya yang kurang matang dalam menyelenggarakan acara ini. Meskipun permintaan maaf telah disampaikan, sorotan terhadapnya tidak mereda, bahkan berujung pada sejumlah laporan polisi.
Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa pihak yang melaporkan Willie, berikut adalah nama-nama yang terlibat dalam pengaduan tersebut:
-
Rondoot
Kreator konten lokal asal Palembang, Rendy Aditiya, yang dikenal dengan nama Rondoot, adalah salah satu yang pertama melaporkan Willie ke Polda Sumsel. Didampingi kuasa hukum, ia melaporkan Willie dengan sangkaan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) pada tanggal 22 Maret 2025. Rondoot menilai bahwa Willie telah mencoreng nama baik daerahnya lewat klaim mengenai rendang yang hilang. Dalam unggahannya di media sosial, ia berpesan agar hukum ditegakkan dengan adil. -
DPP Gencar
Organisasi DPP Gencar juga mengambil langkah serupa dengan melapor ke polisi. Mereka menilai konten Willie sebagai pemicu ujaran kebencian terhadap masyarakat Palembang. Pengacara yang mewakili DPP Gencar, Idazril Tanjung, menyatakan bahwa banyak komentar negatif yang dilakukan oleh netizen mengenai warga Palembang setelah tayangnya video tersebut. Penegasan mereka adalah untuk tidak tinggal diam atas tindakan yang dianggap merugikan masyarakat. - Ryan Gumay Lawfirm
Tak kalah penting, kantor hukum Ryan Gumay Lawfirm pun ikut serta dalam pelaporan Willie. Muhammad Gustryan, yang memimpin lawfirm tersebut, merasa terganggu dengan penyajian konten yang dianggap tidak etis tersebut. Sebagai warga asli Palembang, ia menegaskan perlunya langkah hukum untuk memberikan efek jera. Menurutnya, konten semacam itu berpotensi menjadi pelajaran bagi kreator konten lainnya untuk lebih berhati-hati dalam membuat konten yang berhubungan dengan budaya dan identitas daerah.
Tak hanya itu, Willie juga mendapat kritik dari berbagai figur publik, termasuk artis dan chef terkenal. Helmy Yahya, yang juga berasal dari Palembang, menyarankan agar Willie lebih peka terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh konten yang diluncurkannya. Chef Arnold menambahkan bahwa memasak dalam jumlah besar bukanlah pekerjaan yang sederhana, dan harus melibatkan perencanaan yang matang. Sedangkan Bobon Santoso, yang sering membuat konten memasak, menyoroti adanya kejanggalan dalam video Willie.
Polemik ini menunjukkan betapa pentingnya sensitivitas dan pemahaman budaya di kalangan kreator konten. Tindakan yang dianggap sepele dapat berisiko menimbulkan reaksi yang meluas, terutama ketika menyentuh identitas dan kebanggaan masyarakat setempat. Kontroversi yang melibatkan Willie Salim bahkan bisa menjadi cerminan bagaimana platform digital dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dan nilai-nilai yang lekat dengan kehidupan sehari-hari.