
Sebagai salah satu media sosial terpopuler, TikTok kini bertransformasi menjadi platform yang tak hanya sekadar menghibur, tetapi juga mendidik. Konten edukasi di TikTok semakin diminati, terlihat dari meningkatnya penggunaan tagar seperti #SamaSamaBelajar, #SerunyaBelajar, dan #SerunyaMembaca yang telah mengumpulkan lebih dari 24 juta unggahan di Indonesia. Di tingkat global, konten edukasi berkaitan dengan Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika (STEM) telah ditonton lebih dari 110 miliar kali.
Edwin Lengkei, Senior Manager PR and Communications TikTok Indonesia, menegaskan bahwa konten edukasi telah menjadi bagian integral dari platform ini. Selama lima tahun terakhir, perkembangan konten edukasi sangat pesat. Menurutnya, edukasi yang disajikan para kreator tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan kesejahteraan komunitas TikTok.
Untuk memenuhi kebutuhan pengguna, beragam jenis konten edukasi muncul, mulai dari life hacks dan panduan karier hingga mata pelajaran dan soft skills. Ini membantu audiens dalam mempelajari keterampilan baru yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, menciptakan konten edukasi berkualitas tidaklah mudah. Proses di balik layar ini mencakup riset mendalam, kreativitas dalam penyampaian, serta akurasi informasi. Kreator konten data processing, Kelvin Tham (@kelvintham27), menjelaskan tahapan yang ia lakukan dalam pembuatan konten edukasi. “Pertama, kita riset. Saya mendapatkan datanya dari sumber primer atau sekunder, termasuk komentar TikTok. Kedua, biasanya ada proses kurasi,” ungkapnya.
Kreator lainnya, Andrea Novita (@andreanovitaa), menekankan pentingnya sumber informasi yang kredibel. Ia selalu memastikannya dengan merujuk pada jurnal internasional dalam kontennya tentang teknologi pangan. Melalui video eksperimen pengolahan makanan, ia menunjukkan proses secara transparan, sehingga audiens dapat memahami dan menarik kesimpulan dari setiap langkah.
Bima Nasution (@bims_stagram), seorang kreator konten astronomi, juga mengikuti langkah serupa. Ia mengedepankan informasi yang mudah dipahami dengan menyederhanakan bahasa dan bertanya kepada para ahli. Dalam video dan sesi live, ia membahas berbagai fenomena astronomi dengan cara yang sederhana dan inklusif agar dapat diakses oleh lebih banyak orang.
“Biasanya, saya menanyakan langsung kepada orang yang expert di bidangnya dan saya translate dengan bahasa yang lebih mudah,” kata Bima. Ini adalah salah satu contoh bagaimana kreator dapat menjembatani kesenjangan antara pengetahuan kompleks dan pemahaman audiens yang lebih luas.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi para kreator adalah menjaga keselarasan antara kualitas dan kuantitas konten. Meskipun terdapat permintaan besar untuk konten edukasi, menemukan cara untuk membuat informasi yang kompleks lebih mudah dipahami menjadi krusial. Proses pengeditan dan kurasi yang cermat sering kali memakan waktu dan memerlukan usaha ekstra agar penyampaian tetap menarik.
Pentingnya kepercayaan audiens juga menjadi fokus utama. Penyampaian yang tulus dan relevan dapat membangun hubungan yang kuat antara kreator dan pengikutnya. Kelvin Tham menegaskan, jika riset yang dilakukan tidak bagus, audiens cenderung merasa tidak terhubung dan akan melewatkan videonya.
Ketiga kreator ini menunjukkan bahwa, meski ada berbagai tantangan, konten edukasi di TikTok memiliki potensi untuk menjadi platform pembelajaran yang efektif. Dengan akurasi, transparansi, dan bahasa yang sederhana, mereka menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan interaktif di platform berbasis video ini. Dengan demikian, TikTok tidak hanya berperan sebagai sarana hiburan, tetapi juga menjadi tempat bagi pengembangan pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat modern.