![Konflik Iran-Israel: Kebijakan Trump dan Biden, Menuju WW3?](https://octopus.co.id/wp-content/uploads/2025/02/Konflik-Iran-Israel-Kebijakan-Trump-dan-Biden-Menuju-WW3.webp.webp)
Kebijakan Amerika Serikat terkait Timur Tengah, terutama menyangkut konflik Iran-Israel, menjadi sorotan utama sejak era Presiden Donald Trump hingga pemerintahan Joe Biden dan Kamala Harris saat ini. Perbandingan antara kedua pendekatan kebijakan ini menarik perhatian, terutama dengan meningkatnya ketegangan yang dapat memicu kekhawatiran akan potensi terjadinya Perang Dunia III.
Di bawah pemerintahan Trump pada tahun 2020, kebijakan luar negeri AS dikenal agresif namun efektif. Salah satu pencapaian paling signifikan adalah ditandatanganinya Abraham Accords, sebuah kesepakatan perdamaian antara Israel dan beberapa negara Arab. Penarikan diri AS dari perjanjian nuklir Iran juga menjadi langkah kontroversial, di mana Trump menganggap perjanjian tersebut merugikan kepentingan nasional AS dan sekutunya, khususnya Israel. Pengamat internasional mencatat bahwa strategi tersebut berhasil menciptakan stabilitas relatif di kawasan meski dengan pendekatan konfrontatif.
Namun, setelah Biden terpilih menjadi presiden pada tahun 2020, terlihat adanya pergeseran nyata dalam pendekatan kebijakan AS. Biden bersama Wakil Presiden Kamala Harris lebih memilih diplomasi dan pendekatan multilateral. Fokus utama mereka adalah meredakan ketegangan yang terus meningkat antara Iran dan Israel, terutama setelah serangan terbaru Iran terhadap Israel, yang dipantau ketat melalui Situation Room di Gedung Putih.
Pemerintahan Biden dihadapkan pada berbagai tantangan, karena kritik terus mengalir mengenai pendekatan yang lebih diplomatis dan dianggap kurang tegas terhadap Iran. Julian Assange, pendiri WikiLeaks, mengomentari situasi ini dengan mengatakan, “Mereka menginginkan perang tanpa akhir!” Ini menunjukkan frustrasi terhadap kebijakan luar negeri AS yang tetap terjebak dalam konflik meskipun ada upaya untuk mengurangi keterlibatan langsung.
Fakta bahwa potensi pengerahan kembali Trump ke posisi kepresidenan di tahun 2024 semakin memperkuat perdebatan mengenai efektivitas kebijakan masa lalu versus yang sekarang. Berbagai kelompok pro-Trump berpendapat bahwa pendekatannya yang keras lebih baik dalam menangani ketegangan internasional, sementara kritikus menyatakan bahwa ini dapat meningkatkan risiko konflik bersenjata. Di platform media sosial, banyak aktivis memperingatkan akan risiko terjadinya Perang Dunia III jika situasi di Timur Tengah tidak dikelola dengan lebih tegas.
Kondisi saat ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai masa depan geopolitik. Politik luar negeri Biden, meskipun mengedepankan dialog, dihadapkan pada skeptisisme dari berbagai pihak. Pertanyaannya adalah, apakah pendekatan diplomatik Biden mampu menciptakan stabilitas yang diinginkan, atau justru sebaliknya? Mencari titik tengah di antara pendekatan tegas Trump dan diplomasi Biden merupakan tantangan yang tidak mudah.
Keberhasilan pemerintahan Biden dan Harris dalam menangani ketegangan Iran-Israel akan menjadi faktor penentu bagi stabilitas kawasan Timur Tengah. Meskipun Gedung Putih optimis akan solusi diplomatik, ancaman konfrontasi tetap menjelma sebagai bayang-bayang overhang dalam kebijakan luar negeri AS. Waktu dan tindakan konkret dari masing-masing pihak akan menyingkap apakah ketegangan yang ada akan mereda atau justru meningkat menjadi konflik yang lebih besar.
Kepentingan internasional akan terus terfokus pada langkah-langkah yang diambil oleh Biden dan Harris dalam mengatasi tantangan di Timur Tengah ini. Panggung dunia menantikan respons mereka terhadap ancaman yang semakin nyata, sementara risiko konflik meluas terus menjadi perhatian utama yang akan mempengaruhi banyak negara di sekitar kawasan tersebut.