Di tengah suasana malam yang terang benderang dengan sinar bulan purnama, masyarakat Purwokerto, Jawa Tengah, merayakan Cap Go Meh 2576 kongzili dengan semangat penuh harapan. Pada Rabu malam, 12 Februari 2025, ratusan lilin menyala di Kelenteng Hok Tik Bio, menciptakan suasana sakral dan khidmat saat para penganut Konghucu mengharapkan berkah, terutama dalam berdagang.
Salah satu momen yang dinanti-nanti dalam perayaan ini adalah kirab replika dua kimsin, yaitu Kwee Seng Ong (Malaikat Perdagangan) dan Hiang Thian Siang Tee (Malaikat Bintang Utara). Kirab ini dilakukan sebagai simbol harapan untuk kelancaran usaha dan bisnis masyarakat, yang saat ini masih terpuruk akibat kondisi ekonomi yang lesu. Di antara mereka, Rusli, seorang warga yang baru saja resign dari pekerjaannya, berharap agar usahanya yang akan dibuka dapat berjalan lancar berkat berkah yang dipanjatkan kepada para malaikat. “Kita ingin lebih baik ekonominya,” kata Rusli dengan penuh harapan.
Ritual sebelum kirab dimulai melibatkan pembuangan Xiaopwe, sebuah alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan malaikat. Rohaniawan Konghucu Kabupaten Banyumas, Ws Budi Rohadi, menjelaskan bahwa jika Xiaopwe menutup semua, kirab tidak diperbolehkan. Namun, jika ada yang terbuka, itu menandakan kirab bisa dilaksanakan. “Harapan kami karena dua malaikat ini kita kirabkan, kita ingin Kota Purwokerto dijauhkan dari segala marabahaya dan hal negatif,” tambahnya.
Budi juga melanjutkan bahwa penutupan rangkaian ibadah Tahun Baru Imlek melalui Cap Go Meh diharapkan dapat menjadi dorongan bagi umat untuk lebih siap menyambut tahun baru. Melalui perayaan ini, diharapkan setiap individu dapat memacu diri untuk mencapai tujuan yang lebih baik sepanjang tahun.
Pengurus Kelenteng Hok Tik Bio, Maryati, turut menambahkan bahwa dalam suasana kebersamaan, pihaknya menyediakan makanan seperti lontong, opor ayam, serta Nian Gao, yang disuguhkan untuk masyarakat yang datang sembari menikmati pertunjukan Liong dan Barongsai. Semua sajian tersebut berbentuk simbolik sebagai ungkapan rasa syukur dan kebersamaan di tengah komunitas.
Momen ini menjadi penting tidak hanya sebagai perayaan budaya, tetapi juga sebagai pengingat akan harapan dan perjuangan masyarakat dalam menghadapi tantangan ekonomi. Arak-arakan Kwee Seng Ong diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi para pelaku usaha dan masyarakat Purwokerto secara keseluruhan. Dengan tradisi yang telah berlangsung ini, masyarakat menunjukkan betapa pentingnya mengaitkan aspek spiritual dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam berusaha dan berbisnis.
Sebagai penutup, Cap Go Meh bukanlah sekadar perayaan, melainkan juga wujud harapan dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Masyarakat Purwokerto menantikan berkah dari kirab malaikat, mengharapkan setiap langkah usaha yang mereka ambil akan membawa hasil yang maksimal, dan perekonomian daerah dapat pulih dan berkembang pesat di tahun yang baru.