
Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Februari 2025 menunjukkan angka yang positif, dengan lonjakan signifikan yang didorong oleh peningkatan ekspor minyak kelapa sawit (CPO). Data terbaru menunjukkan bahwa ekspor bulan lalu mencapai nilai sekitar US$21,98 miliar, setara dengan Rp360 triliun, yang mengalami kenaikan 2,58% dibandingkan bulan Januari 2025.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, kinerja ekspor Februari 2025 mencatat pertumbuhan sebesar 14,05% year on year (yoy). Lonjakan ini terutama didorong oleh peningkatan ekspor CPO dan turunannya yang mencapai kenaikan luar biasa sebesar 89,54% yoy. Angka ini menunjukkan betapa signifikan peran CPO dalam mendorong perekonomian Indonesia, terutama di sektor perdagangan.
Namun demikian, tidak semua komoditas ekspor mencatatkan kinerja yang serupa. Ekspor batu bara mengalami penurunan yang cukup signifikan, dengan kontraksi mencapai 19,73% yoy. Penurunan tersebut disebabkan oleh normalisasi harga batu bara yang berlangsung saat ini, yang memberikan dampak negatif terhadap volume ekspor komoditas tersebut.
Josua Pardede juga menyebutkan bahwa kondisi ini memiliki implikasi lebih jauh terhadap defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia, yang diproyeksikan melebar menjadi 1,18% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2025. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap melembaknya CAD adalah perang dagang yang masih berlangsung, yang mempengaruhi berbagai sektor ekonomi, termasuk perdagangan internasional.
Di tengah kebangkitan sektor ekspor CPO, tantangan tetap ada bagi perekonomian Indonesia. Josua berpendapat bahwa CAD yang melebar berpotensi mempersempit ruang untuk penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian global yang memengaruhi arus masuk modal ke Indonesia, yang menjadi penting bagi stabilitas ekonomi domestik. Kebijakan moneter yang hati-hati akan sangat diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta mengendalikan inflasi, terutama inflasi yang disebabkan oleh barang impor.
Secara keseluruhan, kinerja ekspor Indonesia di bulan Februari memberikan harapan baru bagi pemulihan ekonomi, terutama di sektor perkebunan dan pertanian melalui ekspor CPO. Namun, adaptasi terhadap tantangan global, seperti fluktuasi harga komoditas dan dinamika perdagangan internasional, akan tetap menjadi fokus yang perlu diperhatikan oleh para pemangku kebijakan.
Sebagai catatan, penting bagi Indonesia untuk mengoptimalkan peluang di sektor CPO, mengingat meningkatnya permintaan global terhadap produk ini. Penguatan di sektor ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memperbaiki neraca perdagangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk terus memantapkan posisinya sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia.