Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghadapi kontroversi yang semakin meluas setelah tuduhannya terhadap Kepala Shin Bet (Dinas Intelijen Internal Israel) Ronen Bar, yang diakuinya mengatur “kampanye pemerasan”. Tuduhan ini dilayangkan menyusul pernyataan mantan kepala Shin Bet, Nadav Argaman, yang mengancam akan mengungkapkan rahasia-rahasia penting yang melibatkan Netanyahu jika dia melanggar hukum.
Dalam sebuah wawancara yang diadakan pada Kamis, 13 Maret 2025, Argaman secara tegas menyatakan, “Saya sampai pada kesimpulan bahwa jika perdana menteri telah memutuskan untuk bertindak melawan hukum, tidak akan ada pilihan, saya akan mengatakan semua (rahasia) yang saya ketahui dan telah saya rahasiakan sampai sekarang.” Ungkapan ini muncul di tengah upaya pemerintah Netanyahu untuk menghidupkan kembali perombakan peradilan yang banyak menuai kontroversi.
Argaman menjelaskan bahwa ia telah menyembunyikan informasi yang memberatkan demi menjaga integritas hubungan antara kepala Shin Bet dan perdana menteri. Namun, dia memperingatkan bahwa jika situasi membahayakan keamanan nasional, maka informasi tersebut dapat digunakan sesuai hukum. “Saya sangat terganggu oleh fakta bahwa perdana menteri dengan sengaja merugikan masyarakat Israel dan menyebabkan gesekan di antara penduduk agar dapat memerintah,” tambahnya.
Netanyahu menanggapi ancaman Argaman dengan keras. Melalui sebuah pernyataan di media sosial, dia menilai bahwa ancaman tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip demokrasi Israel. “Malam ini, garis merah berbahaya lainnya bagi demokrasi Israel telah dilanggar,” tulisnya. Netanyahu juga menekankan bahwa ia tidak akan terintimidasi oleh apa yang ia sebut sebagai “ancaman kriminal ala mafia”.
Dia menegaskan, “Ancaman kriminal ala mafia tidak akan menghalangi saya. Saya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan keamanan warga Israel.” Pernyataan ini menunjukkan determinasi Netanyahu untuk tidak mundur meskipun menghadapi tekanan dari dalam lembaga intelijen negara.
Di sisi lain, Shin Bet, melalui juru bicaranya, membantah tuduhan pemerasan yang dilayangkan oleh Netanyahu. Mereka menegaskan bahwa kepala organisasi tersebut fokus pada masalah-masalah keamanan dan upaya untuk melindungi warga Israel, dan menolak anggapan bahwa ada niat untuk melakukan pemerasan. “Pernyataan lain apa pun tentang masalah ini tidak memiliki dasar apa pun,” ungkap Shin Bet.
Konflik ini muncul di tengah situasi yang sudah tegang dalam pemerintahan Netanyahu yang berupaya untuk memperkuat posisi dan pengaruhnya, yang tak jarang mendapat penolakan dari berbagai kalangan, termasuk dari dalam tubuh pemerintahannya sendiri. Banyak yang berpendapat bahwa situasi ini dapat memperburuk ketegangan politik di Israel dan mengganggu stabilitas pemerintahan yang sudah rapuh pasca berbagai krisis yang dihadapi negara tersebut, termasuk serangan teroris dan masalah keamanan nasional.
Argaman, dengan melontarkan ancamannya, tampaknya mencoba untuk memaksa Netanyahu agar tidak mengambil langkah yang lebih jauh dalam upaya perombakan peradilan. Ini memperlihatkan adanya ketegangan yang nyata antara institusi intelijen dan pemerintah yang sedang berkuasa.
Kemelut ini berpotensi menciptakan dampak signifikan pada hubungan antara lembaga negara, termasuk Shin Bet dan lembaga pemerintahan lainnya. Dalam konteks yang lebih luas, insiden ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh demokrasi Israel dan pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuasaan eksekutif dan pengawasan dari lembaga-lembaga lain, termasuk badan intelijen.
Dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak, masyarakat Israel kini menyaksikan sebuah drama politik yang berpotensi mengubah arah pemerintahan Netanyahu ke depan. Seluruh perhatian kini tertuju pada langkah-langkah selanjutnya dari kedua tokoh kunci dalam krisis ini, serta dampaknya terhadap keamanan dan stabilitas di Israel.