Strabismus, yang lebih dikenal sebagai mata juling, adalah kondisi di mana kedua mata tidak sejajar satu dengan yang lain. Menurut laporan dari Octopus, kondisi ini bisa bersifat permanen atau muncul seketika dan dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa. Selain berdampak pada penampilan, strabismus juga dapat memengaruhi kemampuan penglihatan, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan visual. Data dari KMN Eyecare menunjukkan bahwa sekitar 2-4% anak-anak di seluruh dunia mengalami gejala mata juling. Penelitian di Hongkong pada tahun 2021 tercatat ada 133 anak dari 4,273 responden yang terkena mata juling.
Mata juling terdiri dari berbagai jenis yang dapat dikategorikan menurut arah penyimpangan mata. Berikut ini adalah jenis-jenis strabismus yang perlu diketahui:
-
Esotropia (Mata Mengarah ke Dalam): Ini adalah kondisi di mana satu atau kedua mata mengarah ke dalam, mendekati hidung.
-
Exotropia (Mata Mengarah ke Luar): Pada keadaan ini, satu atau kedua mata mengarah ke luar, menjauhi hidung.
-
Hypertropia (Mata Mengarah ke Atas): Hypertropia adalah jenis mata juling di mana salah satu mata mengarah lebih tinggi dibanding mata lainnya.
- Hypotropia (Mata Mengarah ke Bawah): Kebalikan dari hypertropia, di mana salah satu mata mengarah lebih rendah dibanding yang lain.
Selain itu, ada juga kondisi yang disebut pseudostrabismus, yang bukan merupakan strabismus sebenarnya, sering terjadi pada anak di bawah satu tahun. Pseudostrabismus dapat disebabkan oleh struktur hidung yang lebar dan datar atau lipatan kulit berlebih di bawah kelopak mata.
Gejala mata juling bervariasi dan dapat dikenali baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa gejala utama meliputi:
- Mata tidak sejajar: Satu mata mengarah ke depan, sementara yang lainnya bisa mengarah ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.
- Mata tidak bekerja sama: Kedua mata tidak bergerak secara bersamaan saat melihat suatu objek, yang menyebabkan pandangan tampak tidak terkoordinasi.
- Mata sering menyipit atau memiringkan kepala: Untuk mengatasi masalah penglihatan, seseorang mungkin sering menyipitkan mata atau memiringkan kepala.
- Kesulitan memperkirakan jarak: Penderita mata juling sering mengalami kesulitan dalam memperkirakan jarak, yang disebabkan oleh hilangnya penglihatan 3D.
- Penglihatan ganda (diplopia): Terutama pada orang dewasa, mata juling dapat menyebabkan penglihatan ganda akibat otak menerima dua gambar berbeda.
- Mata terasa lelah atau tegang: Seseorang mungkin merasakan kelelahan mata akibat usaha berlebihan untuk menyeimbangkan penglihatan.
- Mata malas (amblyopia): Pada anak-anak, salah satu mata yang tidak berfungsi dengan baik dapat menjadi "mata malas," di mana penglihatan pada mata tersebut tidak berkembang dengan optimal.
Penyebab utama dari strabismus pada anak-anak mencakup faktor genetik, gangguan refraktif seperti mata minus atau plus, serta kelainan neurologis. Selain itu, kelainan pada mata, seperti katarak dan retinopathy of prematurity, juga dapat menjadi penyebabnya. Pada orang dewasa, cedera, stroke, atau gangguan neurologis lainnya dapat menyebabkan munculnya kondisi ini.
Penanganan mata juling sangat penting, terutama jika terdeteksi sejak dini. Jika tidak ditangani, strabismus bisa mengakibatkan ambliopia yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Beberapa metode penanganan yang tersedia meliputi penggunaan kacamata khusus, terapi mata, dan tindakan operasi koreksi. Dengan kesadaran yang lebih tentang mata juling, diharapkan banyak orang tua dapat mengidentifikasi gejala awal dan mengambil langkah-langkah perawatan yang diperlukan untuk kesehatan penglihatan anak-anak mereka.