
Menjelang momen lebaran, banyak orang merencanakan kegiatan seperti mudik atau bersilaturahmi, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan berbagai penyakit, termasuk gondongan. Penyakit ini, yang disebabkan oleh virus Paramyxovirus, sering kali mengalami lonjakan kasus terutama setelah periode liburan, seperti yang diungkapkan oleh Dokter Spesialis Anak, Kurniawan Satria Denta.
Gondongan, meskipun kadang tidak menunjukkan gejala, dapat menimbulkan efek yang serius. Sekitar 2 hingga 4 minggu setelah terinfeksi, gejala mulai muncul, di antaranya adalah:
1. Demam
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
4. Kelelahan
5. Kehilangan selera makan
Salah satu gejala yang paling khas adalah pembengkakan di daerah dagu, yang disebabkan oleh infeksi pada kelenjar ludah. Hal ini mengindikasikan bahwa siapa saja dapat terinfeksi gondongan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, meskipun dampak yang ditimbulkan cenderung lebih parah pada orang dewasa.
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi gondongan. Mereka yang sering berinteraksi dengan orang lain, seperti petugas kesehatan, dan mereka yang bepergian ke daerah dengan kasus gondongan yang masih tinggi perlu lebih waspada.
Komplikasi yang dapat muncul akibat gondongan cukup serius dan dapat berakibat jangka panjang. Dokter Denta menjelaskan bahwa komplikasi tersebut meliputi:
– Meningitis
– Tuli
– Peradangan otak (ensefalitis)
– Peradangan testis pada pria
– Peradangan ovarium atau payudara pada wanita
Salah satu risiko terbesar adalah peradangan testis yang dapat menyebabkan kemandulan pada pria dengan mengganggu kualitas sperma. Selain itu, tuli akibat infeksi gondongan juga dapat bersifat permanen.
Untuk mencegah terjadinya gondongan, vaksinasi MMR (Campak, Gondongan, dan Rubela) sangat dianjurkan. Vaksinasi pada anak dapat dimulai pada usia 9 bulan, dengan booster diberikan pada usia 15-16 bulan. Kemudian, dosis booster tambahan juga disarankan saat anak berusia 5-6 tahun. Bagi dewasa yang belum divaksin ketika kecil, vaksin MMR dapat diberikan mulai umur 19 tahun, dengan dua dosis yang terpisah selama 28 hari.
Vaksinasi memiliki efektivitas sekitar 95%, sehingga dapat menurunkan risiko terjangkit penyakit gondongan setelah divaksin. Meskipun vaksinasi sangat penting, tindakan pencegahan tambahan juga tidak boleh diabaikan. Dokter Denta merekomendasikan untuk terus menerapkan langkah-langkah seperti mencuci tangan secara rutin, menjaga jarak sosial, mengenakan masker bila diperlukan, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Penyakit gondongan bukan hanya masalah kesehatan individual, tetapi juga dapat menjadi isu kesehatan masyarakat yang lebih luas. Dengan meningkatkan kesadaran akan gejala, faktor risiko, dan pentingnya vaksinasi, masyarakat dapat berkontribusi dalam mengurangi penyebaran penyakit ini. Mengingat dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan oleh gondongan, penanganan dan pencegahan yang tepat adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan individu dan komunitas.