
Memasuki musim pancaroba, risiko penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) meningkat, terutama pada anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh lebih rentan. Menurut laporan dari Octopus, perubahan cuaca yang ekstrem dan kondisi lingkungan yang lembap menjadi faktor utama berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor penyebar virus dengue. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala DBD serta melakukan langkah-langkah pencegahannya.
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang dapat menimbulkan berbagai gejala serius. Anak yang terinfeksi bisa mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta munculnya ruam di kulit. Serangkaian gejala lain yang umum terjadi antara lain mudah memar, mual, dan muntah. Dalam kasus yang lebih parah, DBD dapat berkembang menjadi dengue hemorrhagic fever (DHF) yang ditandai dengan nyeri perut hebat, muntah darah, dan pendarahan dari hidung atau gusi. Jika tidak segera mendapatkan penanganan medis, kondisi ini bisa berujung pada penurunan tekanan darah yang drastis dan bahkan kematian.
Terdapat tiga jenis demam berdarah yang umum terjadi pada anak, yang berbeda dalam tingkat keparahan:
Demam Berdarah Ringan (Mild Dengue Fever): Jenis ini paling umum dan gejalanya mirip flu. Tidak memerlukan rawat inap, tetapi perlu pengawasan.
Demam Berdarah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF): Memerlukan penanganan medis segera, dengan gejala yang lebih serius, seperti nyeri perut dan perdarahan.
- Sindrom Syok Dengue (Dengue Shock Syndrome/DSS): Bentuk paling parah, yang bisa mengancam jiwa. Memerlukan perawatan intensif dan pemantauan ketat.
Setelah anak terpapar gigitan nyamuk pembawa virus dengue, dampak yang ditimbulkan bisa bervariasi. Gejala awal mirip dengan flu, namun anak bisa mengalami kelelahan yang berkepanjangan selama masa pemulihan. Kasus berat dapat mengarah pada kebocoran pembuluh darah yang memicu perdarahan internal dan perilaku dehidrasi. Emosional dan psikologis anak juga bisa terpengaruh, dengan tekanan dari isolasi dan ketidakmampuan beraktivitas normal.
Pencegahan menjadi langkah penting untuk menghindari risiko DBD. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
Lindungi Rumah: Gunakan kawat kasa atau jaring nyamuk pada jendela dan pintu. Perbaiki bagian yang rusak untuk mengurangi risiko nyamuk masuk ke dalam rumah.
Menggunakan Pakaian Pelindung: Kenakan baju lengan panjang dan celana panjang saat anak bermain di luar. Ini dapat meminimalisir risiko gigitan nyamuk.
Batasi Waktu di Luar: Batasi waktu bermain anak di luar rumah terutama pada waktu di mana nyamuk paling aktif, seperti fajar dan senja.
Obat Nyamuk: Gunakan obat nyamuk yang aman bagi anak, dengan kandungan DEET atau bawang lemon eucalyptus.
- Bersihkan Lingkungan: Pastikan lingkungan rumah bebas dari genangan air, dengan rutin mengosongkan wadah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Dengan meningkatkan kesadaran dan melakukan langkah-langkah pencegahan, kita dapat melindungi anak-anak dari risiko DBD yang meningkat selama musim pancaroba. Informasi dan edukasi penting bagi orang tua dalam menjaga kesehatan keluarga, terutama di tengah ancaman penyakit yang disebarkan oleh nyamuk ini. Pencegahan adalah kunci untuk mengurangi angka kejadian DBD di masyarakat, sehingga setiap langkah kecil bisa memberikan dampak besar dalam melindungi anak-anak.