
Vaksin dengue menjadi salah satu solusi utama untuk mencegah infeksi virus dengue yang kian meningkat di Indonesia. Dr. Hesty Lestari, SpA, dokter spesialis anak, menjelaskan bahwa vaksinasi merupakan investasi kesehatan yang vital dalam pengendalian penyakit menular, termasuk dengue dan HPV. Menurut rekomendasi asosiasi medis di Indonesia, vaksin dengue disarankan untuk kelompok usia 6 hingga 45 tahun.
Di Kabupaten Minahasa Utara, program vaksinasi ini khususnya difokuskan pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ini karena mereka dianggap sebagai kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dan risiko pengembangan dengue berat. Dr. Hesty menambahkan bahwa seseorang dapat terinfeksi dengue lebih dari sekali, dan infeksi kedua dapat berpotensi lebih parah. Oleh karena itu, perlindungan dini melalui vaksinasi menjadi sangat penting. “Vaksinasi harus dilakukan sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan agar manfaatnya optimal,” ujarnya.
Dengue adalah penyakit yang tidak mengenal musim, dan penularannya dapat terjadi sepanjang tahun, menjangkiti siapa saja tanpa memandang usia, tempat tinggal, atau gaya hidup. Hal ini menuntut peran aktif seluruh komponen masyarakat—termasuk orang tua dan pendidik—dalam upaya pencegahan. Edukasi dan penerapan pola hidup bersih menjadi penting, dan Gerakan 3M Plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang) menjadi langkah konkret untuk melindungi anak-anak.
Dr. Sri Harsi Teteki, Direktur Hubungan Medis dan Tata Kelola Bio Farma, mengungkapkan bahwa perusahaan mendorong perluasan akses vaksin dengue tidak hanya untuk masyarakat umum, tetapi juga untuk berbagai perangkat negara seperti BUMN, BUMD, TNI/Polri, dan ASN. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menegaskan bahwa pengendalian dengue memerlukan komitmen tinggi dari semua pemangku kepentingan. Indonesia menjadi negara pertama yang menerapkan program vaksinasi dengue secara publik, dengan Minahasa Utara sebagai daerah percontohan.
Dalam tiga tahun terakhir, Kabupaten Minahasa Utara mengalami lonjakan signifikan dalam kasus dengue. Pada tahun 2022, tercatat 116 kasus dengan 1 kematian, meningkat menjadi 404 kasus dan 3 kematian pada 2023, serta 800 kasus dengan 4 kematian pada 2024. Tingkat kejadian dengue di kabupaten ini selalu berada di atas 10 per 100.000 penduduk, lebih tinggi dari target nasional. Posisinya yang strategis antara dua kota besar, Manado dan Bitung, menyebabkan mobilitas penduduk yang tinggi dan mempercepat penularan virus dengue oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara, bersama Bio Farma dan PT Takeda, melaksanakan sosialisasi tentang pencegahan dengue dan tatalaksana skrining kanker serviks. Bupati Minahasa Utara, Joune Ganda, mengingatkan bahwa dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dan intensitas curah hujan yang tinggi meningkatkan risiko penyebaran nyamuk ini. Gejala penyakit ini mirip dengan infeksi virus lainnya, seperti sakit kepala dan demam, namun demam pada dengue memiliki pola tertentu yang disebut siklus pelana kuda.
Pencegahan menjadi kunci utama dalam mengurangi potensi infeksi dengue. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh merupakan cara efektif, di antaranya melalui vaksinasi. Bupati Ganda menyambut baik Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (Stranas Dengue) 2021–2025 dari Kementerian Kesehatan RI, yang menjadi panduan komprehensif dalam pengendalian dengue di seluruh wilayah Indonesia.
Dr. Stella Safitri, Kepala Dinas Kesehatan Minahasa Utara, menekankan bahwa pemerintah setempat telah melakukan beragam upaya untuk menekan penyebaran virus dengue. Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Gerakan 3M Plus telah digerakkan untuk mencegah penyebaran virus. Namun, tingginya angka kasus dengue membuat vaksinasi menjadi langkah yang diharapkan dapat menurunkan insiden penyakit ini di masyarakat.
Dengan semua upaya ini, vaksin dengue diharapkan dapat memberikan perlindungan yang maksimal bagi kelompok usia yang tepat, khususnya anak-anak, dalam menghadapi ancaman dengue yang terus meningkat.