Kawah South Pole-Aitken: Jejak Laut Magma Purba untuk Misi Artemis 2026

Kawah South Pole-Aitken (SPA) di Bulan telah menarik perhatian ilmuwan karena kemampuannya untuk mengungkap jejak laut magma purba. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kawah raksasa ini menyimpan sisa-sisa mantel muda yang dapat memberikan wawasan baru mengenai tahap akhir pembentukan Bulan. Misi Artemis yang direncanakan pada tahun 2026 bertujuan untuk mengumpulkan sampel dari kawasan ini, membawa pulang bukti berharga tentang sejarah geologis Bulan.

Sekitar 4,3 miliar tahun lalu, sebuah objek besar menabrak permukaan Bulan, menciptakan cekungan SPA dan mengikis keraknya. Material sisa dari dampak ini, yang tersebar di seluruh permukaan Bulan, memberikan gambaran tentang keadaan mantel ketika proses kristalisasi masih berlangsung. Jeff Andrews-Hanna, ilmuwan planet dari Universitas Arizona, menjelaskan, “Kami mengusulkan bahwa objek yang menabrak South Pole-Aitken [mengekspose] laut magma tipis tahap akhir.”

Cekungan SPA memiliki karakteristik unik dengan sedikit pemanjangan, menunjukkan bahwa dampak yang terjadi bukanlah tabrakan langsung. Sebuah objek yang bergerak ke arah utara dapat saja menarik material dari tabrakan ini. Tim peneliti mendekati analisis cekungan dengan cara baru, mengamati bentuknya dan membandingkannya dengan kawah-kawah lain di Bulan, sehingga menemukan pola-pola yang menarik.

Saat sistem tata surya masih muda, sebuah objek seukuran Mars menabrak Bumi, menciptakan material yang perlahan-lahan mendingin dan membentuk kerak. Material dengan kepadatan rendah, seperti plagioklas, mengapung ke permukaan, sementara material lebih padat tenggelam. Beberapa komponen, disebut sebagai KREEP (kalium, unsur tanah jarang, dan fosfor), tidak ikut mengkristal dan konsentrasinya meningkat dalam cairan tersebut.

Penelitihan juga menunjukkan bahwa ada torium yang konsisten dengan cairan dampak KREEP di sepanjang dasar cekungan, mengindikasikan bahwa material mantel mungkin telah menembus kerak akibat dampak. Ketika tim Andrews-Hanna memeriksa peta Lunak, mereka menemukan distribusi torium yang berhubungan dengan material di sekitar SPA, yang memberi indikasi bahwa laut magma mungkin perlahan-lahan merembes keluar dari kerak setelah dampak.

Sampel-sampel dari Procellarum KREEP Terrane (PKT) yang telah dikembalikan ke Bumi selama misi Apollo dan misi Chang’e 5 dapat dibandingkan dengan material berasal dari SPA. Penelitian baru menunjukkan bahwa SPA dan PKT dibentuk secara independen, dengan dampak di SPA terjadi lebih awal ketimbang pembentukan PKT. Hal ini memberi petunjuk penting mengenai evolusi laut magma di Bulan, yang sangat terkait dengan sejarah awal terbentuknya Bumi.

Misi Artemis 2026 berperan signifikan dalam penelitian ini. Astronot yang mendarat di selatan kawah SPA diharapkan dapat mengambil sampel dari mantel dan membawanya kembali ke Bumi. “Sampel-sampel ini akan dibandingkan dengan batuan dari PKT, memberikan gambaran jelas mengenai perbedaan zaman dan proses pembentukan laut magma,” kata Andrews-Hanna.

Kontribusi misi Artemis terhadap pemahaman kita tentang Bulan tidak bisa diabaikan. Peneliti berharap bahwa melalui pengambilan sampel ini, akan ada kejelasan mengenai usia laut magma yang mengkristal, yang selama ini menjadi teka-teki bagi para ilmuwan. Andrews-Hanna optimis, “Kami berharap dapat menentukan usia pasti untuk SPA setelah sampel-sampel dikembalikan.”

Dengan data kontinental tentang formasi dan karakteristik geologis Bulan yang akan terungkap, misi Artemis 2026 kemungkinan besar akan menjadi langkah besar dalam memahami sejarah lebih dalam mengenai Bulan dan proses yang mengikutinya. Penelitian ini tidak hanya menambah pengetahuan tentang Bulan, tetapi juga tentang bagaimana Bumi dan objek lain dalam tata surya terbentuk dan berinteraksi.

Exit mobile version