Kasus DBD Sumsel 2024 Capai 6.263, Palembang Peringkat Tertinggi!

Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sumatra Selatan (Sumsel) pada tahun 2024 mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni sebanyak 6.263 kasus. Angka ini merupakan yang tertinggi yang tercatat dalam beberapa tahun terakhir. Palembang menjadi wilayah dengan jumlah kasus DBD tertinggi di provinsi ini, mencerminkan tantangan besar dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit tersebut.

Ira Primadesa Ogahtiyah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumsel, menjelaskan bahwa dalam rentang waktu satu tahun, kasus DBD mengalami lonjakan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total 6.263 kasus yang terjadi, tercatat 37 kematian akibat DBD. Jika dilihat dari tren sebelumnya, kasus DBD di Sumsel mulai meningkat sejak 2021, yang tercatat sebanyak 1.135 kasus dengan 3 kematian. Kemudian, angka tersebut meningkat menjadi 2.854 kasus dengan 31 kematian pada tahun 2022, dan sedikit menurun pada tahun 2023 dengan 2.804 kasus dan 22 kematian.

Data menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tahun 2023, terdapat peningkatan sebesar 3.459 kasus pada tahun ini. “Ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan,” ujar Ira dalam pernyataannya pada Selasa (4/2/2025).

Kota Palembang menjadi sorotan utama dengan 1.268 kasus DBD dan 14 kematian. Daerah lainnya yang juga mengalami banyak kasus termasuk Banyuasin dengan 634 kasus, Musi Banyuasin 507 kasus, dan Ogan Komering Ulu Timur dengan 503 kasus. Rincian lebih lanjut menunjukkan beragamnya distribusi kasus DBD di beberapa daerah, antara lain:

– Prabumulih: 455 kasus
– Ogan Komering Ulu: 412 kasus
– Ogan Ilir: 369 kasus
– Muara Enim: 361 kasus
– Lahat: 323 kasus
– Lubuk Linggau: 284 kasus
– Ogan Komering Ilir: 279 kasus
– Empat Lawang: 194 kasus
– Ogan Komering Ulu Selatan: 152 kasus
– PALI: 151 kasus
– Musi Rawas: 146 kasus
– Musi Rawas Utara: 141 kasus
– Pagar Alam: 84 kasus

Dari seluruh daerah, kasus kematian akibat DBD juga bervariasi. Palembang mencatatkan kematian terbanyak dengan 14 kasus, diikuti oleh Ogan Komering Ulu dengan 8 kematian, dan Banyuasin dengan 4 kematian. Daerah lainnya yang juga mengalami kematian akibat DBD termasuk Muba dan Ogan Ilir masing-masing dengan 3 kematian, serta OKU Selatan 2 kematian.

Meskipun angka kematian di tahun 2024 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, Ira mencatat bahwa case fatality rate (CFR) di tahun ini adalah 0,59%, lebih baik dibandingkan dengan 0,70% pada tahun lalu. Ini menunjukkan adanya peningkatan dalam kualitas penanganan dan pencegahan kasus DBD.

Dinas Kesehatan Sumsel terus melakukan berbagai upaya pencegahan untuk mengurangi jumlah kasus DBD. Upaya tersebut termasuk sosialisasi masif mengenai pentingnya memberantas sarang nyamuk, seperti pembersihan tempat penampungan air, pemeliharaan ikan pemakan jentik, serta fogging. Selain itu, pemerintah juga merencanakan distribusi larvasida DBD dan insektisida, serta pengembangan strategi baru seperti pengembangan wolbachia yang terbukti mampu menurunkan kesakitan dengue hingga 77% dan rawat inap hingga 86%.

Warga juga diajak untuk berpartisipasi aktif dalam pencegahan DBD dengan cara menggunakan lotion pengusir nyamuk serta memasang kelambu di tempat tidur. Tindakan pencegahan ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan dan melindungi masyarakat dari bahaya DBD, yang dapat menimbulkan komplikasi serius dan kematian jika tidak ditangani dengan baik.

Exit mobile version