
Kapal induk Amerika Serikat, USS Harry S. Truman, terlibat dalam insiden tabrakan dengan sebuah kapal dagang di perairan dekat Port Said, Mesir, pekan ini. Tabrakan ini terjadi setelah kapal tersebut menyelesaikan operasi tempur selama dua bulan di kawasan Komando Pusat AS (CENTCOM), yang termasuk respons terhadap serangan kelompok Houthi dari Yaman. Kejadian ini menarik perhatian publik dan menambah catatan insiden yang melibatkan kapal induk tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Insiden tabrakan ini dikonfirmasi oleh Angkatan Laut AS. Dalam pernyataan resminya, juru bicara Armada Keenam AS, Timothy Gorman, mengungkapkan bahwa tidak ada korban luka atau kerusakan signifikan yang terjadi akibat kejadian ini. “Kapal induk tetap dalam kondisi stabil dan aman. Sistem propulsi tidak terpengaruh dan dalam kondisi aman dan stabil,” ujarnya. Gorman menambahkan bahwa insiden tersebut sedang diselidiki dan informasi lebih lanjut akan dirilis segera.
Menurut laporan, USS Harry S. Truman sempat melakukan kunjungan kerja ke pelabuhan Teluk Souda sebelum terjadinya tabrakan. Kapal induk ini juga sebelumnya memainkan peran penting dalam serangan udara gabungan AS-Somalia, yang berlangsung pada 1 Februari, menargetkan militan senior ISIS-Somalia. Hal ini menunjukkan bahwa kapal tersebut terlibat dalam operasi militer yang agresif sebelum insiden yang tidak terduga ini.
Kejadian serupa tidak asing bagi sejarah kapal induk ini. Sebelumnya, pada bulan Desember, kapal penjelajah peluru kendali USS Gettysburg, yang juga merupakan bagian dari kelompok penyerang USS Harry S. Truman, secara tidak sengaja menembakkan senjata dan mengenai jet tempur F/A-18 yang sedang terbang dari kapal induk tersebut di Laut Merah. Insiden-insiden ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan operasional kapal-kapal perang yang beroperasi di wilayah yang sering kali berisiko tinggi.
Dalam konteks yang lebih luas, insiden ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh Angkatan Laut AS dalam menjaga keselamatan armadanya saat beroperasi di perairan internasional yang padat. Meskipun tidak ada kerusakan signifikan dalam tabrakan terakhir, penyelidikan yang sedang berlangsung diharapkan dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan kejadian ini. Hal ini penting untuk mengidentifikasi langkah-langkah pencegahan yang perlu diterapkan agar insiden serupa tidak terulang di masa depan.
Sementara itu, situasi keamanan di wilayah tersebut tetap menjadi perhatian utama. Setelah menyelesaikan operasi di CENTCOM, USS Harry S. Truman dan kelompok tempurnya mungkin masih akan terlibat dalam misi menghadapi ancaman dari berbagai kelompok ekstremis, termasuk ISIS dan Houthi, yang terus berupaya melakukan serangan di kawasan tersebut. Keberadaan kapal-kapal perang seperti USS Harry S. Truman sangat vital dalam mendukung upaya stabilisasi dan keamanan di Timur Tengah.
Dengan adanya insiden tabrakan ini, pertanyaan tentang efektivitas prosedur keselamatan dan pelatihan awak kapal induk semakin mengemuka. Dengan arus lalu lintas laut yang padat dan tantangan-tantangan operasional di medan perang, Angkatan Laut AS dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan dan membuat penyesuaian yang diperlukan. Penyelidikan lebih lanjut diharapkan tidak hanya menjadi langkah untuk menjelaskan insiden ini, tetapi juga untuk memperbaiki dan memastikan keselamatan operasional di masa depan bagi semua unit Angkatan Laut yang beroperasi di wilayah rawan konflik.