
Seb sebuah kapal yang membawa bantuan kemanusiaan dan aktivis menuju Gaza diserang oleh drone di perairan internasional, tepatnya di lepas pantai Malta, pada dini hari, Jumat (2/5/2025). Insiden ini langsung menimbulkan kontroversi, dengan Israel dituding bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kapal yang terlibat adalah Conscience, dan kelompok nonpemerintah internasional, Freedom Flotilla Coalition, menerbitkan rekaman video yang memperlihatkan kebakaran di kapal tersebut.
Dari informasi yang dilaporkan, serangan terjadi saat kapal sedang dalam perjalanan menuju Gaza, di mana terdapat 12 awak kapal dan empat warga sipil di dalamnya. Pemerintah Malta mengonfirmasi bahwa mereka menerima panggilan darurat dari kapal tersebut, yang melaporkan kebakaran setelah tengah malam. Menurut mereka, kapal tersebut berada di luar perairan teritorial Malta saat insiden terjadi.
Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah Malta mengerahkan sebuah kapal penarik (tugboat) untuk membantu pemadaman kebakaran dan sebuah kapal patroli untuk memastikan keselamatan awak kapal. Meskipun awak kapal menolak untuk dievakuasi ke kapal tugboat, mereka akhirnya terselamatkan dan dalam keadaan aman setelah beberapa jam. Namun, kondisi kapal tetap kritis dengan risiko tenggelam yang dihadapi, terutama karena kebocoran besar yang diakibatkan oleh serangan drone.
Freedom Flotilla Coalition menjelaskan bahwa kapal tersebut memuat sekitar 30 aktivis hak asasi manusia internasional yang berasal dari lebih dari 21 negara. Mereka meluncurkan misi ini untuk mengekspresikan penolakan terhadap blokade Israel terhadap Gaza, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dalam keterangan pers, mereka menambahkan bahwa serangan drone yang mengenai kapal dilakukan dua kali, mengakibatkan kerusakan signifikan.
Rekaman video yang dirilis oleh koalisi tersebut menjadi bukti visual dari serangan, menunjukkan adanya ledakan dan kebakaran yang terjadi saat kapal dizolak komunikasinya. Dalam rekaman tersebut, terlihat lampu di langit di dekat kapal saat suara ledakan terdengar. Hal ini semakin menegaskan intensitas insiden yang mengkhawatirkan ini.
Sejak peningkatan serangan Israel ke Gaza yang dimulai pada Oktober 2023, laporan menyebutkan lebih dari 52.000 orang tewas, menurut data resmi dari pejabat kesehatan Palestina. Ketegangan yang terjadi di wilayah tersebut semakin memicu dukungan internasional bagi aksi kemanusiaan di Gaza, namun juga memunculkan riset terhadap tindakan kekerasan.
Kisah serangan terhadap kapal bantuan ini mengingatkan masyarakat akan peristiwa serupa yang terjadi pada tahun 2010, ketika kapal koalisi lain yang melakukan misi serupa terhadap Gaza dihentikan oleh pasukan Israel. Serangan itu mengakibatkan terbunuhnya sembilan aktivis, sedangkan kapal lain juga pernah dihentikan tanpa mengakibatkan korban jiwa. Namun, insiden terkini ini membuktikan bahwa tantangan bagi aktivis kemanusiaan dalam mencapai Gaza tetap berbahaya.
Pihak Kementerian Luar Negeri Israel belum memberikan komentar resmi mengenai insiden ini. Namun, pihak koalisi berencana untuk mengajukan tindakan hukum atas serangan yang mereka sebut sebagai pelanggaran hukum internasional. Mereka menuntut agar duta besar Israel dipanggil untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang dianggap melanggar hak asasi manusia dan hukum maritim internasional.
Dengan ketegangan yang terus meningkat dan konflik yang berkepanjangan, situasi di Gaza dan di perairan sekitarnya menjadi semakin kompleks. Ketidakpastian mendominasi masa depan upaya bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut, di tengah tuntutan global untuk menghentikan kekerasan dan memastikan bantuan sampai ke yang paling membutuhkan.